Meski terlihat sederhana, proses pembuatan kue lumpur Bu Martini menyimpan cerita panjang.
"Dulu saya dapat resep dari teman, tapi saya ubah sedikit-sedikit sampai ketemu yang pas dengan selera pelanggan," ungkapnya.
Jiwa perfeksionisnya sebagai mantan penjahit rupanya terbawa hingga ke dapur. Setiap hari, Bu Martini membagi waktu berjualan menjadi dua shift: pagi hari pukul 06.00-09.00 WIB dan sore hari mulai pukul 16.30 WIB.
Di sela-sela itu, ia menyiapkan adonan untuk jualan sore. Dalam sehari, tidak kurang dari 224 buah kue lumpur terjual dari total empat kali produksi.
"Setiap ronde saya membuat empat cetakan, satu cetakan ada tujuh lubang. Jadi sekali produksi bisa menghasilkan 112 kue," jelasnya detail.
Baca juga: Legitnya Manjareal, Kuliner Manja Khas Sumbawa
Yang menarik, meski sudah berganti profesi beberapa kali, semangat Bu Martini tidak pernah surut.
"Namanya usaha ya harus babat alas dari nol. Tapi justru di sinilah saya menemukan kebahagiaan baru," tuturnya.
Baca juga: Mencoba Goreng Unin Khas Sumbawa, Kuliner Wajib Saat Acara Pernikahan Adat
Berbeda dengan masa-masa menjadi penjahit yang mengharuskannya bekerja dalam kesunyian, kini Bu Martini bisa bebas berinteraksi dengan pelanggan sambil tetap menghasilkan karya yang membanggakan. Pendapatan yang diperoleh pun lebih menjanjikan karena bisa berjualan dua kali sehari.
Keseimbangan antara bisnis dan keluarga juga lebih mudah dijaga dengan usaha barunya ini.
"Karena lokasi jualan di depan rumah, saya bisa tetap dekat dengan keluarga sambil menjalankan bisnis," jelasnya.
"Alhamdulillah, rezeki memang tidak ke mana. Justru ketika kita berani mencoba hal baru, di situlah kadang rezeki menanti," ujarnya filosofis.
Ke depan, Bu Martini berencana membuka cabang, meski rencana itu masih dalam tahap pemikiran. Baginya, yang terpenting adalah terus bersyukur dan menjaga kualitas dagangan.
"Semoga usaha ini selalu lancar dan dalam lindungan Allah SWT," harapnya.
Kisah Bu Martini menjadi pengingat bahwa tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu yang baru. Di usia 56 tahun, ia membuktikan bahwa kebahagiaan dan kesuksesan bisa datang dalam berbagai bentuk, bahkan dari sepiring kue lumpur yang mengepul hangat.
"Jangan bosan mencoba hal baru, terutama untuk ekonomi keluarga. Barangkali rezeki kita ada di salah satu hal baru yang baru kita coba," pesannya kepada mereka yang mungkin sedang ragu untuk beralih profesi.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang