Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Timnas ke Politik, Aris Budi Prasetyo Tetap Berjuang di Dunia Sepak Bola

Kompas.com, 16 Januari 2025, 11:32 WIB
Suci Rahayu,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

PASURUAN, KOMPAS.com - Semangat dan kecintaan Aris Budi Prasetyo pada sepak bola tetap menyala meski ia telah menginjak usia 49 tahun.

Selain berkecimpung di dunia sepak bola, Aris juga aktif di dunia politik sebagai wakil rakyat.

Awal Januari lalu, dalam babak 64 Besar Liga 4 2024/2025 Jawa Timur, Aris menerima tawaran untuk melatih klub Liga 4 yang bermarkas di Ponorogo.

Pemilik klub tersebut meminta bantuannya untuk mempersiapkan tim. Aris bersedia dengan satu syarat, semua persiapan dilakukan di Kota Pasuruan.

"Saya tidak masalah yang penting saya bisa membantu. Karena kalau tidak main akan kena sanksi karena sudah 2 musim tidak ikut, jadi wajib ikut," ujar Aris Budi kepada Kompas.com.

Baca juga: Dihantam Badai, Perahu Angkut Pemain Bola Karam di Kepri, 1 Hilang

Meskipun manajemen klub sempat khawatir mengenai biaya, Aris tetap berkomitmen untuk membantu.

Ia bahkan mencari pemain muda dari Pasuruan untuk memperkuat tim menjelang kompetisi yang semakin dekat.

Ia juga mendaftarkan beberapa pemain senior dengan honor yang sangat minim.

"Saya diberikan pemain yang bisa main tanpa honor. Jadi saya cari tambahan pemain muda kelahiran 2006, 85 persen dari mereka sudah pernah bermain di kompetisi resmi," imbuhnya.

Selama Liga 4 2024/2025, Aris tidak hanya berperan sebagai pelatih tetapi juga ikut bermain.

Dalam laga pertama melawan Perspa Pacitan, hasil pertandingan berakhir imbang 0-0, dan pada laga kedua melawan Persinga Ngawi, timnya kalah 0-1.

Aris Budi pesepakbola berusia 49 tahun saat membela PSHW Ponorogo yang berkompetisi di Liga 4 2024/2025 Jawa Timur.Dokumentasi Pribadi Aris Budi pesepakbola berusia 49 tahun saat membela PSHW Ponorogo yang berkompetisi di Liga 4 2024/2025 Jawa Timur.

"Di pertandingan pertama saya masuk sebagai pemain pengganti pada menit ke-66. Tidak ada yang berani mengganti." 

"Saya juga lupa memberi instruksi jadi tidak ada yang berani mengganti. Akhirnya ada waktu 30 menit saya masuk," ujar Aris, yang pernah bermain untuk timnas Indonesia di Piala Asia 2004.

Meskipun sudah lama pensiun dari kompetisi profesional, Aris tidak merasa ragu untuk kembali merumput.

"Ini pertama kalinya saya main di kompetisi resmi setelah pensiun. Terakhir main di liga profesional pada tahun 2010, 15 tahun lalu," ujarnya.

Baca juga: Detik-detik Pemain Bola Keluar Lapangan Setelah Dijemput Istri, Kepala Desa Ungkap Penyebabnya

Bermain dalam kompetisi resmi pada usia hampir 50 tahun bukanlah hal yang mudah, terutama berhadapan dengan pemain yang jauh lebih muda.

Namun, Aris tetap memberikan contoh semangat kepada pemain-pemain muda di timnya.

"Ya kesannya saya teringat masih muda lagi. Banyak yang komentar di YouTube kalau saya masih berani juga sliding." 

"Tidak ada muncul rasa waswas, padahal saya pernah cedera ACL. Cuma memang kecepatan saja yang berkurang banyak, jadi agak lambat. Tapi insting main bola masih," tuturnya.

Setelah pensiun, Aris tetap aktif di dunia sepak bola melalui Aris Budi Soccer Academy (ABSA) di Pasuruan dan menjabat sebagai anggota DPRD Kota Pasuruan.

"Semua yang saya miliki, termasuk rumah dan mobil, saya dapatkan dari sepak bola. Bahkan saya jadi anggota dewan juga karena sepak bola," katanya.

Selain berkecimpung di sepak bola Aris Budi juga menjadi anggota DPRD Kota Pasuruan. Dokumentasi Pribadi Selain berkecimpung di sepak bola Aris Budi juga menjadi anggota DPRD Kota Pasuruan.

Meskipun banyak orang menganggap aktivitasnya padat, Aris menikmati kesibukannya dengan disiplin.

"Saya nikmati saja, hidup ini enjoy aja. Kalau ada waktu ngelatih ya ngelatih. Hidup saya apa adanya, tidak terbebani," sambungnya.

Untuk menjaga kebugaran, Aris menjalani program latihan yang ketat dan berhasil menurunkan berat badan hingga 12 Kg.

Baca juga: Pemain Bola di Cilacap Dijemput Paksa Istrinya Saat Bertanding, Kades: Itu Ungkapan Sayang, Takut Ada Apa-apa

"Saya dari dulu selalu disiplin untuk istirahat. Saya jam 1/2 10 (pukul 21.30) malam sudah tidur, subuh bangun. Jadi waktu istirahat saya cukup, itu terbiasa sejak jadi atlet sampai sekarang," ungkapnya.

Aris menambahkan, "Di politik kadang-kadang kan sampai malam-malam. Kalau ada meeting saya izin dulu tapi kalau memang darurat saya bisa sampai larut malam. Alhamdulillah dengan kedisiplinan itu saya lebih bugar," pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau