Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Gereja Tertua di Surabaya yang Berdiri Sejak 1811

Kompas.com, 27 Desember 2024, 18:38 WIB
Izzatun Najibah,
Andi Hartik

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Berdiri sejak tahun 1811, Gereja Kelahiran Santa Perawan Maria merupakan gereja tertua di Surabaya. 

Bangunan megah yang didominasi warna merah tua ini beralamat di Jalan Kepanjen Nomor 4-6, Kelurahan Krembangan, Kota Surabaya.

Arsitekturnya bergaya khas Eropa. Segitiga di bagian depan diapit oleh dua pilar berbentuk kerucut di sisi kanan dan kiri. Pada ujung lancipnya terpasang simbol salib yang menjadi lambang kemuliaan umat Kristen.

Baca juga: Sejarah Heroik Gereja Gedangan Semarang dan Soegijapranata dalam Perjuangan Kemerdekaan

Konon, pondasinya terbuat dari 799 tiang kayu galam dengan kedalaman 15 meter. Kaca-kaca mozaik yang memberikan sinar ruang doa gereja bergambar perjalanan Sang Kristus memberikan kesan religius.

Keberadaan Gereja Kelahiran Santa Perawan Maria di Surabaya ini tak lepas dari bagian misionaris penyebaran agama Katolik di masa penjajahan Belanda.

Baca juga: Khidmatnya Ibadah Misa Natal 2024 di Gereja Tertua Surabaya...

Dua pastor yang berperan penting dalam penyebaran agama Katolik di Surabaya ini adalah Pastor Hendricus Waanders dan Pastor Phillipus Wedding.

“Berawal dari misi penyebaran agama Katolik yang pasti, yang sudah ada dari tahun 1811,” kata Katekis Paroki (pengajar) Gereja Kelahiran Santa Perawan Maria, Louisa Sharon Ghea Yulida, Jumat (27/12/2024).

Meski Gereja Katolik dibangun pertama kali di Surabaya pada tahun 1811, pembaptisan pertama dilakukan pada 1810 yang dimulai oleh kaum Eropa.

“Pembaptisan pertama dilakukan oleh kelompok Eropa, bukan orang pribumi atau orang Indonesia,” jelasnya.

Pada mulanya, bangunan gereja ini tidak serta merta berada di Jalan Kepanjen. Namun pertama kali berdiri di Jalan Cendrawasih yang kini menjadi kompleks kawasan Kota Lama Surabaya.

“Setelah 78 tahun akhirnya pindah ke sini. Sekitar tahun 1900-an,” ujar Ghea.

Selain itu, tidak semua sisi bangunan merupakan pondasi asli seperti saat pertama kali dibangun. Gereja Kelahiran Santa Perawan Maria Surabaya mengalami dua kali renovasi, pada tahun 1950 dan 1960.

Altar Gereja Kelahiran Santa Perawan Maria Surabaya yang merupakan tertua di Jawa Timur nampak cantik saat Natal 25 Desember 2024 KOMPAS.com/IZZATUN NAJIBAH Altar Gereja Kelahiran Santa Perawan Maria Surabaya yang merupakan tertua di Jawa Timur nampak cantik saat Natal 25 Desember 2024
“Karena dulu pada 1945 terdampak kerusuhan perjuangan kemerdekaan. Di Jembatan Merah terjadi kerusuhan, dan dulu terbakar,” ungkapnya.

Ghea tidak tahu pasti penyebab gereja terbakar saat itu. Sebab, pertempuran 10 November 1945 di Surabaya terjadi begitu dahsyat, ledakan di mana-mana membuat bangunan-bangunan di sekililingnya ikut hancur.

“Kurang tahu antara dibom atau bagaimana. Tapi yang jelas yang tersisa bagian tembok, jadi temboknya ini masih asli,” terangnya.

Baca juga: Sejarah Gereja Katedral Semarang, Saksi Perjuangan Kemerdekaan RI

Mengutip dari laman Keuskupan Surabaya yang menerjemahkan sebuah manuskrip tentang sejarah Gereja Katolik Roma di Surabaya, disebutkan pembangunan gereja berkat sumbangan yang dikumpulkan dari warga sekitar.

Meski mengalami dua kali renovasi, tak mengurangi keontetikan bangunan yang bergaya Eropa. Menara menjadi ciri khas paling menonjol.

“Bangunan ini bergaya Neo-Gothic. Di luar seperti menara tetapi di dalamnya seperti kubah. Itu ciri khasnya,” bebernya.

Ghea mulai detail menceritakan setiap sisi dinding gereja. Seperti jendela yang berukuran lebar membentuk matahari. Kala sinar mentari muncul, akan menyetuh bagian altar melewati celah-celah kaca.

Umurnya kini sudah menginjak 214 tahun. Bangunannya kokoh dan menjadi saksi bisu terhadap perjuangan pastor-pastor asal Belanda saat menginjakkan kaki di Surabaya.

“Gereja ini mulai menjadi cagar budaya tahun 1998. Sejak saat itu mulai banyak yang kenal dan menjadi jalan baru bagi gereja kami,” tuturnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau