"Interaksi dengan keluarga korban adalah upaya Polres Malang dalam merespons harapan mereka. Hal itu bukan hal yang mudah, dan tidak mungkin saya lupakan. Dari situ kita banyak mengambil pelajaran dari tragedi Kanjuruhan, itu nilai-nilai pentingnya," tuturnya.
Melalui buku ini, Putu Kholis berharap dapat memberikan perspektif baru tentang cara kepolisian menghadapi tantangan besar dalam menjaga keamanan.
Ia menekankan pentingnya pendekatan yang humanis dan komprehensif agar tragedi serupa tidak terulang di masa depan.
"Insyaallah kalau kita lakukan lebih sistematis, tentu kita punya arah yang benar untuk memulihkan situasi yang rumit seperti Kanjuruhan," pungkasnya.
Baca juga: Renovasi Stadion Kanjuruhan Capai 85 Persen, Target Selesai Desember 2024
Buku ini rencananya akan dibagikan kepada media dan pejabat utama Polri terlebih dahulu, sebelum akhirnya diberikan secara gratis kepada masyarakat.
Acara bedah buku tersebut dihadiri oleh Rektor Universitas Brawijaya, Prof.
Widodo, serta sejumlah akademisi, mahasiswa, perwakilan media, dan masyarakat.
Sebagai informasi, Tragedi Kanjuruhan merupakan tragedi maut dalam dunia sepak bola yang terjadi saat laga Arema FC kontra Persebaya FC, di mana 135 supporter Arema FC tewas akibat kerumunan setelah timnya mengalami kekalahan 2-3.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang