Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bebek Hitam Khas Madura, Bumbu Rempahnya Meresap

Kompas.com, 5 Desember 2024, 16:08 WIB
Izzatun Najibah,
Andi Hartik

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Warung bebek hitam khas Madura yang dijual oleh Rofiah dan suaminya, Misrui, terbilang sangat sederhana. Ukurannya sekitar 3x3 meter, berjejer di antara ruko-ruko yang menawarkan jasa percetakan.

Meski begitu, sejak pukul 09.00 WIB hingga waktu jam makan siang, pelanggan silih berganti untuk memilih menu andalan mereka, bebek hitam khas Madura.

“Buka dari jam 09.00 sampai jam 20.00, tapi kadang kalau sore sudah habis,” kata Rofiah, Kamis (5/12/2024).

Baca juga: Mengenal Kuliner Gerobak Gilo-Gilo Khas Semarang, Jajanan Murah Meriah dan Lengkap

Di antara banyaknya kuliner bebek goreng yang menjamur di Surabaya, warung bebek hitam ini layak dicoba. Berlokasi di Jalan Simo Kwagean, Kecamatan Sawahan, Surabaya, warung ini menawarkan bebek aroma rempah yang nikmat.

Rofiah dan suaminya merupakan perantau asal Sumenep, Jawa Timur, yang mulai berjualan di Surabaya sejak tahun 2021. Meski belum lama buka, Rofiah sudah memiliki pelanggan tetap sampai luar kota.

“Saya dulu di Jakarta, ikut kakak jualan bebek hitam. Saya belajar masak resepnya dari situ dan akhirnya buka sendiri,” ujar perempuan yang berusia 27 tahun tersebut.

Baca juga: Cerita Soto Ambengan, Kuliner Khas Lamongan Berjaya di Surabaya

Sejak pagi buta, Rofiah dan Misrui sudah sibuk memasak bumbu hitam. Wajar saja karena dalam sekali masak membutuhkan waktu 4,5 jam.

“Bumbu yang direbus untuk bebek itu enggak dibikin kuah. Tapi saya keringin sampai berwarna cokelat menghitam selama 2 jam,” ungkapnya.

Campuran rempah-rempah lengkap mulai dari bawang merah, bawang putih, jahe, lengkuas, serai, daun jeruk, cabai, laos, ketumbar, jahe, hingga asam jawa dihaluskan menggunakan blender sampai bertekstur sedikit kasar.

Kemudian, bumbu yang sudah dihaluskan disangrai setengah matang untuk dijadikan sebagai bumbu rebusan bebek. Sehingga, sari-sari rempah merasuk ke dalam daging sampai ke tulang-tulang.

“Kalau bumbunya sudah direbus sama bebek, itu digoreng sampai kering sekitar 2 jam dengan api kecil. Jadinya warna cokelat hitam,” ucapnya.

Rasa bumbu hitam yang dihasilkan perpaduan antara manis, asam, asin dan pedas. Aromatik rempah-rempahnya masih tercium kuat, semakin bikin enggak bosen di mulut saat disantap.

Rofiah (27) saat memasak bumbu hitam untuk bikin bebek goreng khas MaduraKOMPAS.com/IZZATUN NAJIBAH Rofiah (27) saat memasak bumbu hitam untuk bikin bebek goreng khas Madura
Aroma rempah meresap

Selain bumbu hitam, Rofiah juga memasak bebek dengan tingkat kematangan yang pas krispi di luar, lembut di dalam. Sedikit lemak yang menempel membuat bebek hitam khas Madura tidak banyak mengandung minyak yang bikin eneg.

Bebek digoreng dengan menggunakan api sedang dan dibolak-balik untuk mendapatkan kematangan merata. Saking empuknya, bebek goreng ini mudah disendok. Aroma rempah-rempahnya pun masih tertinggal dan meresap ke dalam daging.

“Bebek yang sudah direbus selama sejam itu tidak langsung diangkat. Di biarin dulu sekitar 30 menit supaya meresap bumbunya. Kalau langsung diangkat itu nanti dagingnya jadi keras,” terangnya.

Baca juga: Sensasi Pedas Gurih Sate Ayam Ngepos Madiun yang Menggoda Selera

Jika pada umumnya bebek goreng yang dijual di Surabaya menggunakan sambal terasi dan tomat, Rofiah memilih sambal ijo. Menurutnya, bebek bumbu hitam memang pasangan serasinya adalah sambal ijo.

Diulek langsung di cobek membuat sambal ijo buatan Rofiah masih terlihat segar. Rasa pedasnya jangan ditanya, bikin nampol di mulut dan di perut.

“Untuk sambal ijo saya pakai cabai ijo keriting. Bukan cabai ijo panjang, kalau yang itu nggak pedas,” tuturnya.

Dalam sehari, Rofiah menghabiskan empat sampai enam ekor bebek untuk diolah menjadi bebek hitam khas Madura. Sementara itu, dalam empat hari dia menghabiskan bumbu hitam sebanyak 10 kilogram.

“Kalau sambal ijo dan bumbu pelanggan boleh ambil lagi gratis satu kali. Kalau dua kali kadang saya tambah tarifnya karena bikinnya kan lama,” ujarnya.

Di balik sajian khas Madura yang memperkaya khazanah kuliner nusantara, Rofiah mengaku bingung bagaimana masakan rumahan dari kampung halamannya bisa disukai banyak orang.

“Kami orang Madura itu kalau masak nggak pakai takar-takaran. Langsung saja, kalau pas (rasanya) yang sudah enak,” pungkasnya.

Satu porsi bebek hitam khas Madura yang dijual Rofiah di Surabaya dibanderol Rp 20.000 lengkap dengan nasi putih punel.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Kisah Mahasiswa di Surabaya Kerja Sampingan Jadi Kurir Makanan demi Uang Kuliah
Kisah Mahasiswa di Surabaya Kerja Sampingan Jadi Kurir Makanan demi Uang Kuliah
Surabaya
Dua Pelaku Pemalakan di Pantai Bangsring Banyuwangi Beraksi Sejak 2023
Dua Pelaku Pemalakan di Pantai Bangsring Banyuwangi Beraksi Sejak 2023
Surabaya
Wisatawan Lansia Dipungli 'Uang Pengawalan' Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Wisatawan Lansia Dipungli "Uang Pengawalan" Rp 150.000 di Bangsring Banyuwangi, Sempat Ketakutan
Surabaya
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
M Zaki Ubaidillah, Pemain Muda Asal Madura Raih Perak SEA Games, Sang Ayah Doakan Jadi Juara Dunia
Surabaya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau