Salin Artikel

Bebek Hitam Khas Madura, Bumbu Rempahnya Meresap

SURABAYA, KOMPAS.com - Warung bebek hitam khas Madura yang dijual oleh Rofiah dan suaminya, Misrui, terbilang sangat sederhana. Ukurannya sekitar 3x3 meter, berjejer di antara ruko-ruko yang menawarkan jasa percetakan.

Meski begitu, sejak pukul 09.00 WIB hingga waktu jam makan siang, pelanggan silih berganti untuk memilih menu andalan mereka, bebek hitam khas Madura.

“Buka dari jam 09.00 sampai jam 20.00, tapi kadang kalau sore sudah habis,” kata Rofiah, Kamis (5/12/2024).

Di antara banyaknya kuliner bebek goreng yang menjamur di Surabaya, warung bebek hitam ini layak dicoba. Berlokasi di Jalan Simo Kwagean, Kecamatan Sawahan, Surabaya, warung ini menawarkan bebek aroma rempah yang nikmat.

Rofiah dan suaminya merupakan perantau asal Sumenep, Jawa Timur, yang mulai berjualan di Surabaya sejak tahun 2021. Meski belum lama buka, Rofiah sudah memiliki pelanggan tetap sampai luar kota.

“Saya dulu di Jakarta, ikut kakak jualan bebek hitam. Saya belajar masak resepnya dari situ dan akhirnya buka sendiri,” ujar perempuan yang berusia 27 tahun tersebut.

Sejak pagi buta, Rofiah dan Misrui sudah sibuk memasak bumbu hitam. Wajar saja karena dalam sekali masak membutuhkan waktu 4,5 jam.

“Bumbu yang direbus untuk bebek itu enggak dibikin kuah. Tapi saya keringin sampai berwarna cokelat menghitam selama 2 jam,” ungkapnya.

Campuran rempah-rempah lengkap mulai dari bawang merah, bawang putih, jahe, lengkuas, serai, daun jeruk, cabai, laos, ketumbar, jahe, hingga asam jawa dihaluskan menggunakan blender sampai bertekstur sedikit kasar.

Kemudian, bumbu yang sudah dihaluskan disangrai setengah matang untuk dijadikan sebagai bumbu rebusan bebek. Sehingga, sari-sari rempah merasuk ke dalam daging sampai ke tulang-tulang.

“Kalau bumbunya sudah direbus sama bebek, itu digoreng sampai kering sekitar 2 jam dengan api kecil. Jadinya warna cokelat hitam,” ucapnya.

Rasa bumbu hitam yang dihasilkan perpaduan antara manis, asam, asin dan pedas. Aromatik rempah-rempahnya masih tercium kuat, semakin bikin enggak bosen di mulut saat disantap.

Bebek digoreng dengan menggunakan api sedang dan dibolak-balik untuk mendapatkan kematangan merata. Saking empuknya, bebek goreng ini mudah disendok. Aroma rempah-rempahnya pun masih tertinggal dan meresap ke dalam daging.

“Bebek yang sudah direbus selama sejam itu tidak langsung diangkat. Di biarin dulu sekitar 30 menit supaya meresap bumbunya. Kalau langsung diangkat itu nanti dagingnya jadi keras,” terangnya.

Jika pada umumnya bebek goreng yang dijual di Surabaya menggunakan sambal terasi dan tomat, Rofiah memilih sambal ijo. Menurutnya, bebek bumbu hitam memang pasangan serasinya adalah sambal ijo.

Diulek langsung di cobek membuat sambal ijo buatan Rofiah masih terlihat segar. Rasa pedasnya jangan ditanya, bikin nampol di mulut dan di perut.

“Untuk sambal ijo saya pakai cabai ijo keriting. Bukan cabai ijo panjang, kalau yang itu nggak pedas,” tuturnya.

Dalam sehari, Rofiah menghabiskan empat sampai enam ekor bebek untuk diolah menjadi bebek hitam khas Madura. Sementara itu, dalam empat hari dia menghabiskan bumbu hitam sebanyak 10 kilogram.

“Kalau sambal ijo dan bumbu pelanggan boleh ambil lagi gratis satu kali. Kalau dua kali kadang saya tambah tarifnya karena bikinnya kan lama,” ujarnya.

Di balik sajian khas Madura yang memperkaya khazanah kuliner nusantara, Rofiah mengaku bingung bagaimana masakan rumahan dari kampung halamannya bisa disukai banyak orang.

“Kami orang Madura itu kalau masak nggak pakai takar-takaran. Langsung saja, kalau pas (rasanya) yang sudah enak,” pungkasnya.

Satu porsi bebek hitam khas Madura yang dijual Rofiah di Surabaya dibanderol Rp 20.000 lengkap dengan nasi putih punel.

https://surabaya.kompas.com/read/2024/12/05/160820178/bebek-hitam-khas-madura-bumbu-rempahnya-meresap

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com