Keberadaan tahu di Kediri menurutnya tidak bisa lepas dari kedatangan orang-orang Tiongkok sekitar abad ke-9.
“Penemuan arkeologis di Candi Klotok Kediri memperkuat bukti kedatangan orang-orang Tiongkok itu,” lanjutnya.
Seiring waktu, orang-orang Tiongkok itu tinggal dan menetap di Kediri yang otomatis juga membawa serta adat dan tradisi asalnya termasuk jenis makanannya, salah satunya tahu itu.
Apalagi, kata Sigit, wilayah Kediri yang subur memungkinkan banyak hasil pertanian yang menjadi bahan utama pembuatan tahu, yaitu kedelai. Ditunjang juga kondisi air yang mendukung.
Tahu yang mulanya beredar di kalangan komunitas Tionghoa itu lantas berkembang ke komunitas masyarakat lokal. Hal itu menurut Sigit karena pekerja lokal di komunitas tersebut.
Para pekerja lokal yang terbiasa membuat tahu itu lantas mempraktekkannya di rumah masing-masing, dengan pengembangan dan penyesuaian yang ada.
“Sehingga tahu menjadi berkembang dan bertahan hingga saat ini, bahkan menjadi industri,” pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang