KEDIRI, KOMPAS.com - Salah satu kuliner tradisional di Kediri, Jawa Timur, yang layak dijajal adalah ampok goreng. Makanan hangat yang banyak diburu kala malam hari.
Ampok goreng ini merupakan variasi dari nasi jagung yang disajikan setelah digoreng sebagaimana nasi goreng. Rasanya gurih dan tentu saja menyehatkan.
Bumbu yang dipakai juga merupakan bumbu nasi goreng pada umumnya. Begitu pula pelengkapnya yang menggunakan telur, daging ayam, hingga bawang goreng.
Yang membedakan adalah penambahan teri goreng sebagai pelengkapnya.
Baca juga: Nasi Goreng Anglo Kediri, Kuliner Hasil Akulturasi Budaya
Salah satu lapak ampok goreng di Kediri adalah warung Bu Srikatun di Jalan Brigjend Pol Imam Bahri di Kelurahan Pesantren, Kota Kediri, tepatnya di depan Lapangan Gajah Mada.
Misriati (60), pemilik warung Bu Srikatun mengatakan, peminat ampok goreng miliknya cukup banyak. Selain para pekerja yang mencari makan untuk mengenyangkan perut, banyak juga para peminat khusus.
Peminat khusus itu memilih ampok karena berbahan jagung sehingga dianggap lebih rendah kadar gulanya. Selain itu juga untuk kebutuhan diet kalori.
“Banyak pelanggan saya dokter. Juga orang-orang yang diet,” ujar Misriati pada Kompas.com, Minggu (17/11/2024).
Baca juga: Menikmati Sate Kelinci di Pinggir Telaga Sarangan
Setiap malam, rata-rata dia menghabiskan nasi jagung sampai 3 kilogram. Jumlah tersebut relatif banyak meski ampok goreng merupakan menu kedua setelah nasi goreng sebagai menu andalannya.
“Alhamdulillah selain pelanggan, pembeli ada terus,“ ujar nenek yang sudah berjualan belasan tahun ini.
Soal harga, cukup murah meriah dan terjangkau. Satu porsinya hanya dibanderol dengan harga Rp 10.000. lengkap dengan teri gorengnya.
Suroso, warga Kediri, mengaku memilih ampok goreng karena alasan kesehatan, yaitu diabetes, sehingga menghindari bahan nasi.
Selain itu, menurut Suroso, ampok goreng yang berbahan jagung sebagai nostalgia masa lalu, saat hampir setiap hari makan nasi jagung.
"Rasanya gurih dan tetap mengenyangkan. Ada kesan nostalgia zaman dulu juga,” ujarnya.
Perihal sejarah ampok goreng, Misriati yang merupakan kelahiran tahun 60-an ini menceritakan pengalaman kehidupan di masa lalu, masa-masa saat ekonomi negara masih susah sampai beras pun tiada.