Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menganyam Ilalang, Menjaga Tradisi Suku Using di Umah Suket Lalang Banyuwangi

Kompas.com, 9 Juli 2024, 11:21 WIB
Rachmawati

Penulis

KOMPAS.com - Ilalang bagi masyarakat adat Using, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur bukan sekedar hama, tapi memiliki peran penting bagin kehidupan sehari-hari.

Hingga saat ini,mereka memanfaatkan ilalang sebagai bagian dari arsitektur atap bangunan. Hal tersebut terlihat di bangunan sakral atau makam leluhur seperti makam Buyut Semi, Makam Buyut Cungking hingga Buyut Cili yang atapnya tetap menggunakan ilalang.

Jam'i Abdul Gani (73), juru kunci Pesarean Buyut Cungking mengatakan pemanfaatan ilalang sebagai atap sudah dilakukan cukup lama dilakukan oleh masyarakat Using.

"Kalau menggunakan atap ilalang, di kemarau akan terasa lebih sejuk dan saat musim hujan, di dalam rumah lebih hangat," kata Jam'i pada Sabtu (6/7/2024).

Baca juga: Keunikan Rumah Adat Using, Banyuwangi

Ia juga menjelaskan atap ilalang di makam Buyut Cungking biasanya akan diganti setiap enam tahun sekali. Saat itu lah, masyakarat sekitar akan gotong royong untuk membuat atap ilalang yang dipasang di pesarean Buyut Cungking.

"Saat itu, warga berkumpul, kerja bakti dan bersama-sama membuat atap ilalang. Jadi warga rukun dan guyub semuanya," ungkap dia.

Dalam perkembangannya, atap ilalang mulai dilirik saat pariwisata di Banyuwangi mulai menggeliat. Pemesanan ilalang pun mulai berdatangan untuk hotel, restoran hingga tempat wisata.

Peluang tersebut dilirik oleh Budi Hartono (47) dan rekannya, Slamet Diharjo (45). Mereka pun mulai mengolah dan menganyam ilalang di sanggar Umah Suket Lalang yang berada di Desa Taman Suruh, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Makam Buyut Cungking yang ada di Kabupaten Banyuwangi dengan atap yang terbuat dari ilalangKompas.com/Rachmawati Makam Buyut Cungking yang ada di Kabupaten Banyuwangi dengan atap yang terbuat dari ilalang
Slemat Diharjo yang akrab dipanggil Cak Sul bercerita awal mula berkecimpung pembuatan atap ilalang saat ia ikut serta mengganti atap di salah satu makam leluhur yang ada di Banyuwangi.

"Waktu itu makam Mbah Semi, gandrung perempuan pertama di Banyuwangi. Saya ikut mengganti atapnya dengan ilalang. Kemudian kepikiran kenapa atap ilalang ini tidak dikembangkan?," kata dia Minggu (7/7/2024) saat ditemui di Desa Taman Suruh.

Pemilik sanggar seni Sawah Art Space itu pun menggandeng rekannya Budi Hartono yang akrab dipanggil Cak Bud untuk mengembangkan anyaman ilalang serta memberdayakan masyarakat Desa Taman Suruh.

Pada saat pandemi Covid-10, mereka banyak memanfaatkan waktu dengan ngarit' atau mencari ilalang yang kemudian dikeringkan dan dianyam.

"Alhamdulilah pesanan semakin banyak dari kafe-kafe, tempat wisata, restoran untuk atap. Sekarang tukang ngarit'ada tujuh orang. Kalau bagian menganyam, ada empat orang, ibu-ibu tetangga rumah," kata Cak Bud, Minggu.

Baca juga: Babad Tawangalun, Saat Using hingga Bali Duduk Bersama Membaca Sejarah Banyuwangi di Masa Lalu

Ia bercerita, ilalang yang digunakan untuk anyaman adalah ilalang dengan tinggi satu meter yang kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari sebelum akhirnya dianyam.

"Setelah dianyam akan dikeringkan ulang hingga benar-benar kering. Jika digunakan sebagai atap, bisa bertahan hingga 9 tahun," kata Cak Bud.

Halaman:


Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau