Menurutnya, satu-satunya yang ia kejar dengan menjadi marbut hanyalah ridha Allah kelak di akhirat.
"Yang saya pingin hanya ridhanya Allah, enggak ada lagi, saya ingin Allah itu lihat saya bersihkan rumahnya," tegasnya.
Sebelum usianya menua, Nafiah mengaku untuk menutupi kekurangannya dengan bekerja di panti jompo yang lokasinya tidak jauh dari rumahnya. Selain itu, ia juga membuka jasa jahit baju untuk warga sekitar.
Namun, di usia senjanya sekarang, ibu dari 3 orang anak ini mengabdikan diri sepenuhnya untuk masjid agung.
"Sekarang sudah tidak kuat lagi, capek, jadi hanya di masjid saja bersih-bersih," jelasnya.
Baca juga: Kisah Mahasiswa Rantau di Mataram, Menjadi Marbut Masjid dan Kuliah
Beruntung, banyak jemaah yang dermawan sering memberikan sedikit hartanya untuk Nafiah.
Tidak hanya uang tunai, terkadang Nafiah juga menerima mukena, baju, hingga beras dari para jemaah.
"Alhamdulillah rezeki itu ada saja, kadang dikasih jemaah, padahal saya juga enggak minta tapi kadang ada yang tiba-tiba nyari saya ngasih, kadang uang, kadang baju, ya saya terima saja dan sampaikan terima kasih," ceritanya.
Baca juga: Cerita Marbut Masjid Wanita di Malang, Pekerjaan Warisan dari Sang Ayah
Bertahun-tahun jadi marbut, tentu banyak lika-liku yang dihadapi Nafiah maupun Aziz.
Menurut Nafiah, hal yang paling membuatnya bahagia selama menjadi marbut dikala masjid tampak bersih dan para jemaah yang datang bisa beribadah dengan nyaman.
Ada suka pasti ada duka. Nafiah sangat sedih saat melihat ada jemaah yang tidak menjaga kebersihan masjid.
Menurutnya, sebagai umat muslim, seharusnya turut menjaga kebersihan masjid meski sudah ada petugas yang membersihkannya.
"Ada saja kadang jemaah yang buang sampah sembarangan, macam-macam lah, kadang saya nelangsa melihat itu, tapi ya sudah saya yang bersihkan," ungkapnya.
Nafiah mengaku, selama ini ia belum pernah menerima tambahan penghasilan selain dari masjid dan jemaah yang dengan sukarela beramal langsung kepadanya.
"Tidak ada (dari pemerintah), paling kalau pas ada (momen) beri santunan seperti yang kemarin ini," kata Nafiah.
Plt Kepala Dinas Kominfo Kabupaten Lumajang Mustakim mengatakan, secara khusus, pemerintah belum menganggarkan program untuk meningkatkan kesejahteraan marbut.
"Kalau secara khusus memang belum ada di anggaran kita, kita tidak tahu apakah di Kemenag ada anggaran untuk marbut atau tidak. Tapi biasanya memang marbut ini bekerja secara ikhlas tidak mengharapkan upah," jelas Mustakim.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.