Ditanya apakah warga juga perlu direlokasi, Aries menyampaikan bahwa hal itu masih dikaji dan tidak menutup kemungkinan bisa dilakukan.
"Sebenarnya kita berharap itu menjadi kajian kita, kita nanti lihat secara utuh dari BPBD dengan tim kajian seperti apa, kalau memang itu berdampak terhadap lingkungan dan masyarakat, maka kita juga akan berharap nanti ada relokasi, tetapi nanti kita lihat secara utuh semua, secara komprehensif," jelasnya.
Selain itu, dikatakannya, warga terdampak juga belum perlu diungsikan saat ini.
"Sementara tidak, nanti kita lihat lebih lanjut seperti apa hasil kajian secara komprehensif, kalau mengatakan harus segera akan kita lakukan, tidak mungkin menutup mata," katanya.
Baca juga: Pj Wali Kota Batu Sebut Kenaikan Harga Kebutuhan Pokok Saat Ramadhan Tak Bisa Dihindari
Kepala Dinas Pendidikan Kota Batu, M Chori mengatakan, keamanan siswa menjadi yang utama. Sehingga, pihak sekolah juga diminta melakukan mitigasi terkait kegiatan belajar dan mengajar yang aman.
Pada tahun 2023, sekolah tersebut baru saja dilakukan pembenahan paving di sekitar lapangan upacara. Selain itu, juga merelokasi bangunan ruang kepala sekolah berjarak beberapa meter dari yang terdahulu.
"Tahun 2023 kemarin bangunan ruang kepala sekolah dipindahkan atau direlokasi, karena rawan terdampak tanah gerak," katanya.
Baca juga: Duplikasi Jembatan Kapuas I Pontianak Siap Diresmikan, Telan Anggaran Rp 316 Miliar
Untuk pembenahan paving yang terdampak tanah gerak pada Kamis (14/3/2024) masih menjadi tanggung jawab pemborong.
"Ini masih masa pemeliharaan, nanti penyedianya kita minta untuk dibetulkan," katanya.
Terkait rencana pemindahan bangunan sekolah, pada tahun ini ditargetkan sudah ada kepastian lokasi lahan.
"Dalam tahun ini sudah ada kepastian terkait menyiapkan lahan alternatif bangunan sekolah, dan segera melakukan rapat antara camat, kepala desa, dan BPD, setelah itu sudah ada kita bicara tukar gulingnya, baru perencanaannya," katanya.
Lokasi lahan yang nantinya menjadi sekolah yakni sesuai kebutuhan. Di antaranya, seperti minimal dapat dibangun 6 kelas, ruang kepala sekolah dan ruang aktivitas lainnya.
"Ruangan, fasilitas yang memadai, paling tidak 6 kelas rombel (rombongan belajar), ruang kepala sekolah, dan ruang aktivitas lainnya, jadi utilitas kebutuhan sekolah juga menjadi pertimbangan," katanya.
Sebelumnya diberitakan, satu sekolah dan 10 rumah di Kota Batu, Jawa Timur, mengalami keretakan yang disebabkan bencana tanah gerak. Potensi kejadian serupa masih dimungkinkan terjadi.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Batu, Agung Sedayu mengatakan, berdasarkan laporan yang diterimanya dari petugas di lapangan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada Kamis (14/3/2024).
Lokasinya berada di RT 01 RW 10, Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji. Penyebab kejadian dikarenakan intensitas hujan yang tinggi mengakibatkan terjadinya gerakan tanah.
"Beberapa lahan persawahan mengalami retak, SD SMPN Satu Atap mengalami beberapa keretakan, 10 rumah mengalami tembok atau retak kisaran 10 sampai 18 sentimeter, jalan aspal mengalami ambles sekitar 20 hingga 30 sentimeter," kata Agung pada Minggu (17/3/2024).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.