Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPU Banyuwangi Tak Tunjuk Warung Penyedia Konsumsi Basi Saat Pelantikan KPPS

Kompas.com, 28 Januari 2024, 15:39 WIB
Rizki Alfian Restiawan,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Banyuwangi, membantah telah mengkondisikan konsumsi Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) saat pelantikan.

Ketua KPU Banyuwangi Dwi Anggraini Rahman mengatakan, konsumsi pelantikan KPPS sepenuhnya dilakukan oleh Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) dan Panitia Pemungutan Suara (PPS).

“Tidak benar kalau KPU yang menunjuk warung atau mengadakan. KPU tidak pernah mengkondisikan konsumsi. Jadi itu mungkin PPK dan PPS-nya yang kurang komunikasi,” ungkap Dwi.

Baca juga: Nasi Kotak Pelantikan KPPS di Banyuwangi Basi, Ada yang Berbelatung

Menurutnya, KPU Banyuwangi telah memberikan surat edaran dari sekretariat KPU terkait operasional pelaksanaan pelantikan dan bimbingan teknis (bimtek) KPPS.

“Terkait dengan ada yang busuk dan bau, itu sepertinya harus diverifikasi ke warung. Kami tidak tahu warung mana yang ditunjuk oleh mereka," ujar Dwi.

Dwi menjelaskan, anggaran pelantikan KPPS telah diberikan kepada PPS.

"Di dalamnya sudah termasuk anggaran operasional konsumsi," terangnya.

Sebelumnya, KPU Banyuwangi melantik sebanyak 35.945 anggota petugas KPPS, pada Kamis (25/1/2024). Pelantikan itu dilakukan secara serentak pada 217 Sekretariat PPS se-Banyuwangi.

Para petugas KPPS itu dilantik dengan mengucapkan sumpah dan janji oleh Ketua PPS atas nama Ketua KPU Kabupaten Banyuwangi.

Baca juga: Mahasiswa Baru Dapat Makanan Basi Saat Ospek, UII Siap Tanggung Jawab

Namun pelantikan petugas KPPS itu menuai polemik. Banyak peserta dari sejumlah kecamatan yang mengeluh tentang konsumsi yang basi hingga berbelatung.

Komplain tersebut terungkap setelah banyak dari petugas KPPS yang baru dilantik, menyampaikan di sejumlah media sosial.

Salah satu wilayah yang mendapat keluhan soal konsumsi yang dinilai tidak layak saat pelantikan KPPS di wilayah Kecamatan Glagah.

"Memang di Glagah ada yang komplain, nasinya basi. Tapi tidak semuanya," kata Ketua PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan) Glagah, Ahmad Haidar Furqon, Sabtu (27/1/2024).

Haidar mengatakan, ada tiga desa di wilayah Kecamatan Glagah yang mengeluh soal konsumsi kurang layak.

"Desa Paspan dan Desa Kenjo. Yang satunya saya lupa desa apa," ungkap Haidar.

Terkait soal konsumsi makanan untuk KPPS yang diduga berbelatung, Haidar memastikan bukan berada di wilayahnya.

"Kami pastikan bukan di Glagah, karena video yang beredar tidak sama dengan konsumsi yang ada di sini,” ujar Haidar.

Baca juga: Uang Transportasi KPPS Makassar Tak Dibayar, KPU: Masih Proses

Menurutnya, pengadaan konsumsi untuk pelantikan peserta KPPS dilakukan oleh PPK dan PPS. Bukan ranah ranah KPU kabupaten.

"Tidak ada sangkut pautnya dengan KPU kabupaten," cetus Haidar.

Dia menjelaskan, pemesanan konsumsi yang berjumlah ratusan kotak itu dilakukan melalui jasa catering sebelum pelantikan. Hanya saja pada saat hari H pelantikan, konsumsi mendadak basi.

“Iya jadi saat hari H, yang datang tidak sesuai harapan. Hasilnya tidak sesuai ekspektasi. Banyak konsumsi yang basi,” terangnya.

Setelah mendapat komplain dari peserta KPPS, pihaknya langsung melakukan klarifikasi kepada pihak catering.

"Yang bersangkutan dari pihak catering, sudah meminta maaf," tegas Haidar.

Tidak hanya di Kecamatan Glagah, komplain juga datang dari Kecamatan Muncar.

Menurut informasi, di Kecamatan ini terdapat dua desa yang mengalami hal serupa yakni Desa Sumberberas dan Desa Tambakrejo.

Baca juga: Usai Dilantik Jadi KPPS, Pemuda di Jember Lompat ke Dalam Sumur, Korban Ditemukan Tewas

Bahkan parahnya, tak hanya basi, kondisi lauk yang satu paket dengan nasi kotak yang diberikan kepada para peserta KPPS, berbelatung.

"Iya benar, kita dapat laporan konsumsi basi," kata Ketua PPK Muncar, Victor Andreyanto, kepada Kompas.com.

Menurut Victor, konsumsi nasi kotak untuk petugas KPPS, yang dikomplain jumlahnya cukup banyak.

Berbeda dengan Kecamatan Glagah, di Kecamatan Muncar, konsumsi tersebut bukan dipesan oleh PPK atau PPS, melainkan dari KPU Banyuwangi.

"Jadi ada koordinator yang menangani konsumsi itu. Kita PPK atau PPS tidak tahu soal pengadaan konsumsi itu," ujar Victor.

Baca juga: Soal Snack Pelantikan KPPS di Sleman, Harga Rp 15.000 Disunat Jadi Rp 2.500 oleh Vendor

Termasuk soal berapa besaran nilai harga konsumsi per peserta pihaknya, mengaku tidak tahu menahu.

"Tidak tahu saya berapa anggaran konsumsi per kotaknya. Karena langsung dari Banyuwangi, turun ke koordinator," terang Victor.

Keterangan sejumlah PPS menyebut, nasi kotak untuk konsumsi petugas KPPS di Kecamatan Muncar itu diangkut menggunakan mobil box.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau