MALANG, KOMPAS.com - Sejumlah anak-anak Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, Jawa Timur mau tak mau harus menggunakan gethek atau rakit menyeberangi Sungai Berantas, demi mencapai sekolah mereka.
Hal tersebut dilakukan lantaran adanya perbaikan jembatan penghubung Kelurahan Mergosono dan Bumiayu.
Baca juga: Prakiraan Cuaca di Malang Hari Ini, 03 Oktober 2023: Pagi dan Sore Cerah Berawan
Warga dari Paguyuban Keramba Ikan pun membuat gethek atau rakit untuk membantu pejalan kaki menyeberang Daerah Aliran Sungai Berantas, terutama bagi anak-anak sekolah.
Ketua RT 11 RW 5 Kelurahan Mergosono, Hadi Prasetyo mengatakan, aktivitas penyeberangan menggunakan rakit baru berjalan sekitar satu pekan ini.
Rakit penyeberangan menghubungkan antara RT 11 RW 5 Kelurahan Mergosono dengan RT 11 RW 02 Kelurahan Bumiayu. Masyarakat yang menyeberang membayar uang seikhlasnya.
Baca juga: Kenang 1 Tahun Tragedi Kanjuruhan, Semua Kantor Polisi di Malang Kibarkan Bendera Setengah Tiang
"Baru efektif sekitar seminggu, karena ada perbaikan jembatan utama, ini penghubung antara wilayah RT 11 RW 5 Kelurahan Mergosono dengan wilayah RT 11 RW 02 Kelurahan Bumiayu, sudah tidak bisa dilalui sejak Jumat lalu, sudah penutupan total itu karena mulai perbaikan, tidak ada lagi akses untuk pejalan kaki," kata Hadi pada Selasa (3/10/2023).
Sebenarnya, pejalan kaki bisa saja melewati jembatan lainnya yang berada di wilayah Gadang Gang 9 dan Mergosono Gang 5.
Namun, untuk menuju jembatan lainnya membutuhkan waktu lebih dari 15 menit dengan jarak tempuh yang jauh.
"Misal wilayah kami Mergosono Gang 3 B RT 11 ke Bumiayu, memutarnya Gang 5 atau 9, itu yang membuat suasana penyeberangan disini lebih ramai aktivitasnya," katanya.
Baca juga: Jembatan Pelor di Kota Malang Retak, Bakal Ditutup Sepekan untuk Perbaikan
Pembuatan rakit dilakukan secara swadaya dari Paguyuban Keramba Ikan. Hadi mengatakan, beberapa anak dari anggota paguyubannya bersekolah di SMPN 7 Malang Bumiayu dan SDN 4 Mergosono.
Sehingga, keberadaan fasilitas penyeberangan sangat dibutuhkan bagi anak-anak sekolah.
"Karena kalau siang banyak yang tidak bisa mengantar anaknya karena kerja, kami juga melakukan aktivitas lain pemeliharaan ikan, sehingga ada usul atau ide, alasan pertama awalnya untuk anak-anak dari paguyuban kami, awal 2-4 anak, kemudian diikuti masyarakat umum lainnya," kata dia.
Baca juga: Akses Jembatan Suramadu Sempat Ditutup Demonstran, Kini Sudah Dibuka Kembali
Selain pelajar, pejalan kaki lainnya atau masyarakat umum juga memanfaatkan fasilitas getek tersebut. Namun, fasilitas penyeberangan ini libur pada hari Sabtu dan Minggu.
"Jadi anak-anak kecil itu, sehari yang naik bisa ratusan orang, anak SMPN 7 Malang hampir 100, kemarin aja sampai jam setengah 10 (malam), belum yang pagi-pagi kerja di Pabrik Rokok Upet, jualan di Pasar Kota Lama," katanya.
Fasilitas penyeberangan menggunakan rakit ini juga sudah diketahui oleh pemerintah setempat. BPBD Kota Malang meminjami beberapa rompi pelampung untuk keselamatan para penyeberang.
"BPBD meminjami pelampung, ketika nanti jembatan sudah selesai diperbaiki, nanti dikembalikan," katanya.
Ke depan, Hadi berharap fasilitas rakit bisa menjadi sebuah potensi wisata ketika jembatan sudah selesai diperbaiki dan bisa digunakan kembali.
"Tapi juga kalau pun ke depannya kita bisa mengelola area untuk tempat wisata, karena hari Minggu, hari libur banyak anak-anak kecil dan orangtua ingin menikmati naik perahu," katanya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.