Makna filosofis ketujuh teras tersebut yaitu melambangkan tujuh tanazul atau penciptaan manusia hingga tiba pada tingkatan sempurna (insan kamil).
Tujuh tingkatan tersebut adalah ahadiya, wahda-wahdiya, a'yam kharija, alam arwah, alam mitsal, alam ajsam, alam insan.
Pada area Makam Sunan Drajat, peziarah bisa menuju ke sebuah ruangan utama yang merupakan tempat peristirahatan Sunan Drajat dan istrinya, Retno Ayu Condro Sekar.
Di depan makam tersebut juga terpajang ajaran peninggalan Sunan Drajat yang cukup populer dan dikenal dengan istilah 'Catur Piwulang'.
Di sebelah timur cungkup makam Sunan Drajat terdapat sebuah museum yang menyimpan benda-benda bersejarah peninggalan keluarga dan para sahabat.
Museum Sunan Drajat yang diresmikan pada 1 Maret 1992 tersebut memiliki banyak koleksi, diantaranya berupa gamelan Singo Mengkok, Batik Drajat, dan daun lontar.
Gamelan Singo Mengkok merupakan warisan dari Sunan Drajat yang dahulu digunakan sebagai media untuk mengiringi nyanyian atau tembang saat berdakwah.
Seperti diketahui, salah satu metode dakwah karya Sunan Drajat yang terkenal adalah tembang Pangkur.
Lebih lanjut, nama gamelan tersebut diambil dari motif yang terukir yaitu Singo Mengkok, sebuah hewan mitologi yang kini menjadi ciri khas Lamongan.
Selain bisa ditemukan pada gamelan warisan dari Sunan Drajat, motif Singo Mengkok juga bisa ditemukan pada ukiran dinding dan batik khas lamongan.
Singo Mengkok adalah hewan mitologi yang memiliki bentuk yang unik, yaitu memiliki kepala naga, berbadan kijang, dan memiliki kulit yang bersisik.
Dalam budaya Tiongkok, singo mengkok sendiri dimaknai sebagai perwujudan binatang mitologi yang identik dengan Kilin.
Kilin adalah binatang yang ada dalam legenda dan dipercaya mampu mendatangkan kesuburan, kemakmuran dan kejayaan pada satu daerah.
Sumber:
kebudayaan.kemdikbud.go.id
museum.kemdikbud.go.id
kablamongan.jdih.jatimprov.go.id
travel.tribunnews.com
kominfo.jatimprov.go.id
jatim.tribunnews.com