Salin Artikel

Makam Sunan Drajat dan Kisah Gamelan Singo Mengkok

KOMPAS.com - Kompleks Makam Sunan Drajat merupakan salah satu destinasi wisata religi di Jawa Timur.

Sosok Sunan Drajat adalah salah satu Wali Songo yang menyebarkan Islam di sekitar wilayah Lamongan.

Sunan Drajat yang memiliki nama asli Raden Syarifudin atau Raden Qasim merupakan putra dari Ali Rahmatullah atau Raden Rahmad yang juga dikenal sebagai Sunan Ampel.

Adapun ibu Sunan Drajat bernama Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila.

Sosoknya juga dikenal dengan berbagai nama lain seperti Raden Syarifuddin, Masaikh Munat, Pangeran Kadrajat, dan Maulana Hasyim.

Pada tahun 1484, Sunan Drajat diberi gelar oleh Raden Patah dari Demak yaitu Sunan Mayang Madu, yang juga memberinya sebuah tanah perdikan.

Beliau berdakwah dengan memanfaatkan media seni, termasuk dengan suluk dan tembang pangkur.

Selain itu, Sunan Drajat menyebarkan ajaran Catur Piwulang yang berisi ajakan untuk berbuat baik kepada sesama.

Kompleks Makam Sunan Drajat

Sunan Drajat wafat pada tahun 1522 M dan dimakamkan di wilayah tanah perdikan yang menjadi tempatnya berdakwah yaitu di Desa Drajat.

Lokasi Kompleks Makam Sunan Drajat berada di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan.

Dilansir dari TribunTravel.com, peziarah yang memasuki area makam akan disambut dengan pintu masuk cungkup Sunan Drajat.

Pada pintu tersebut terdapat ukiran candra sangkala berbentuk mulya guna panca atau tahun 1531 Saka (1609 M) yang dianggap sebagai penanda waktu pembangunan atau pemugaran.

Kemudian terdapat tujuh tingkatan teras yang harus dilewati peziarah sebelum memasuki area makam Sunan Drajat.

Pada teras-teras awal di jalanan menuju area makam didominasi dengan bangunan dari kayu.

Baru pada beberapa teras terakhir, bangunannya didominasi oleh batu bata yang dibangun mirip seperti miniatur candi.

Makna filosofis ketujuh teras tersebut yaitu melambangkan tujuh tanazul atau penciptaan manusia hingga tiba pada tingkatan sempurna (insan kamil).

Tujuh tingkatan tersebut adalah ahadiya, wahda-wahdiya, a'yam kharija, alam arwah, alam mitsal, alam ajsam, alam insan.

Pada area Makam Sunan Drajat, peziarah bisa menuju ke sebuah ruangan utama yang merupakan tempat peristirahatan Sunan Drajat dan istrinya, Retno Ayu Condro Sekar.

Di depan makam tersebut juga terpajang ajaran peninggalan Sunan Drajat yang cukup populer dan dikenal dengan istilah 'Catur Piwulang'.

Museum Sunan Drajat dan Kisah Gamelan Singo Mengkok

Di sebelah timur cungkup makam Sunan Drajat terdapat sebuah museum yang menyimpan benda-benda bersejarah peninggalan keluarga dan para sahabat.

Museum Sunan Drajat yang diresmikan pada 1 Maret 1992 tersebut memiliki banyak koleksi, diantaranya berupa gamelan Singo Mengkok, Batik Drajat, dan daun lontar.

Gamelan Singo Mengkok merupakan warisan dari Sunan Drajat yang dahulu digunakan sebagai media untuk mengiringi nyanyian atau tembang saat berdakwah.

Seperti diketahui, salah satu metode dakwah karya Sunan Drajat yang terkenal adalah tembang Pangkur.

Lebih lanjut, nama gamelan tersebut diambil dari motif yang terukir yaitu Singo Mengkok, sebuah hewan mitologi yang kini menjadi ciri khas Lamongan.

Selain bisa ditemukan pada gamelan warisan dari Sunan Drajat, motif Singo Mengkok juga bisa ditemukan pada ukiran dinding dan batik khas lamongan.

Singo Mengkok adalah hewan mitologi yang memiliki bentuk yang unik, yaitu memiliki kepala naga, berbadan kijang, dan memiliki kulit yang bersisik.

Dalam budaya Tiongkok, singo mengkok sendiri dimaknai sebagai perwujudan binatang mitologi yang identik dengan Kilin.

Kilin adalah binatang yang ada dalam legenda dan dipercaya mampu mendatangkan kesuburan, kemakmuran dan kejayaan pada satu daerah.

Sumber:
kebudayaan.kemdikbud.go.id   
museum.kemdikbud.go.id   
kablamongan.jdih.jatimprov.go.id  
travel.tribunnews.com   
kominfo.jatimprov.go.id  
jatim.tribunnews.com  

https://surabaya.kompas.com/read/2023/09/16/161003978/makam-sunan-drajat-dan-kisah-gamelan-singo-mengkok

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke