Pada tahun 1936, bagian pintu direnovasi dengan rancangan arsitek berkebangsaa Belanda yakni Prof Ir Charles Prosper Wolff Schoemaker yang menerapkan langgam Art Deco pada rancanganya.
Baca juga: Tur Sejarah di Hotel Majapahit Surabaya, Tidak Menginap Juga Bisa Ikut
Hotel tersebut dibangun untuk pemenuhan kebutuhan tempat tinggal sementara bagi turis-turis Eropa yang kala itu datang ke Hindia Belanda sejak abad ke-19.
Di masa kependudukan Jepang pada tahun 1942, hotel tersebut berganti nama menjadi Hotel Yamato dan kini menjadi Hotel Majapahit.
Hotel Majapahit menjadi salah satu lokasi dalam kisah heroik peristiwa 10 November 1945.
Hotel yang berada di Jalan Tunjungan No. 65 Kecamatan Genteng tersebut begitu terkenal pada saat kembalinya pasukan inggris yang diboncengi kekuatan Belanda.
Suasana Surabaya yang memanas mengakibatkan konflik saat pihak Belanda dengan provokatif mengibarkan bendera Tri Warna di Hotel Yamato (nama lain Hotel Majapahit masa pendudukan Jepang).
Pengibaran bendera Belanda tersebut menyulut emosi arek-arek Surabaya.
Baca juga: Hotel Majapahit, Tempat Perjuangan Pemuda Surabaya Usir Belanda
Saat itu para siswa yang pulang sekolah melihat bendera Belanda yang bewarna merah-putih-biru berkibar. Mereka pun berkumpul dengan warga kampung dan nekat mengambil bendera itu dengan cara memanjat menara Hotel Yamato dengan tangga.
Arek-arek Surabaya itu kemudian menyobek bagian biru dan bendera dikibarkan kembali dengan warna merah putih. Kala itu mereka mengabaikan risiko tembakan dari tentara Jepang.
Pada tahun 1945, Belanda kembali menduduki hotel tersebut dan tahun 1946, hotel mewah itu kembali ke tangan keluarga Sarkies.
Belasan tahun setelah itu, sebuah grup pengusaha lokal membeli hotel ini dan mengubah nama hotel menjadi Majapahi.
Restorasi besar-besaran kemudian dilakukan oleh pemilik pada 1986 yang memakan waktu 2 tahun. Hotel ini kembali dibuka dengan nama Mandarin Oriental Hotel Majapahit, Surabaya.
Artis Hollywood kelas atas seperti Charlie Chaplin pernah mengunjungi hotel ini dan berpesta di dalam aula. Foto tersebut diabadikan dan dipajang di depan pintu aula.
Di bagian bawah aula dulunya dibuat tempat berdansa dan pertunjukan dan di bagian atas diperuntukan bagi para pengunjung yang ingin menyaksikan pesta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.