"Kasus ini terbongkar, juga karena anak ini. Orang tuanya heran kenapa anak ini marah-marah terus, belajar juga tidak semangat. Akhirnya ditanya kenapa perilakunya berubah, akhirnya cerita kalau di sekolah mendapatkan perlakuan seperti ini (pencabulan)," kata Ratna, Selasa (31/1/2023).
Selain itu ada korban yang mulai mengakses dan kecanduan video dewasa sehingga harus mendapatkan penanganan yang serius.
Baca juga: Kasus Guru Cabuli 7 Siswanya, Wabup Ende: Mencoreng Martabat
"Bahkan, ada juga korban yang sudah melakukan hal yang serupa seperti yang dilakukan pelaku terhadap dirinya kepada anak lain yang lebih kecil," lanjutnya.
Menurut Ratna, hal tersebut dilakukan karena korban tidak mengetahui bahwa pencabulan adalah hal yang salah.
"Perubahan perilaku tersebut juga mengindikasikan kalau korban sudah mendapatkan perlakuan (pencabulan) lebih dari satu kali," Ratna menjelaskan.
Untuk itu, pihaknya memberikan pendampingan tiga psikolog kepada lima korban, termasuk orang tua dan lingkungan sekolah agar mendukung upaya penyembuhan dari korban.
"Pendampingan hukum kami dampingi sampai selesai atau vonis. Pendampingan anaknya, dalam arti psikologisnya, sampai harus benar-benar hidup normal. Kita lihat perkembangannya seperti apa," pungkas Ratna.
Setelah delapan bulan berlalu, kondisi kelima korban sudah mulai membaik.
Baca juga: Kasus Guru Cabuli Siswa Laki-laki di Sumenep, Polisi Minta Anak Lain yang Merasa Korban Melapor
Hal tersebut diungkapkan Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Trenggalek, Christina Ambarwati
"Sudah bisa melaksanakan fungsinya dengan sebagaimana mestinya. Artinya, sekolah ya sekolah, bermain ya bermain, tidak agresif dan sudah mulai bisa belajar," ungkap Christina, Jumat (1/9/2023).
Sementara itu staf bidang PPPA Dinsos Kabupaten Trenggalek, Ratri mengatakan ada salah satu korban yang membutuhkan intervensi lanjutan karena berdasarkan hasil psikotes anak tersebut mengalami gangguan emosional.
"Kami juga melakukan intervensi terhadap keluarga, karena anak juga membutuhkan support system dari keluarga. Sebab, kondisi psikologisnya masih labil, jadi kami menguatkan keluarga untuk bisa membantu anak-anak pulih lebih cepat," lanjutnya.
Selain itu, Dinsos Kabupaten Trenggalek juga melakukan phsycoedukasi terhadap seluruh anak di SD tersebut, terkait dengan pencegahan kekerasan terutama pencegahan kekerasan fisik dan seksual.
Baca juga: Oknum Guru Cabuli 2 Anak Kandung, Polisi: Dia Tidak Mengakui Perbuatannya
"Setelah sesi anak selesai, kami juga lakukan phsycoedukasi terhadap orang tua, lingkup keluarga dan satuan pendidikan," jelas Ratri.
Dinsos juga terus menghubungi orang tua korban, untuk melaporkan kondisi anak korban secara berkala.
"Yang terakhir update ke saya, anak-anak sudah kembali ke kondisi awal, emosi sudah mulai stabil. Padahal sebelumnya mengalami mimpi buruk, sensitif dan tidak enak makan," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Guru yang Cabuli 5 Siswa SD di Trenggalek Divonis 6 Tahun Penjara, Begini Kondisi Terbaru Korban
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.