Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hikayat Bambu Papring dan Upaya Menjaga Masa Depan Anak di Kampung Batara Banyuwangi

Kompas.com, 30 Agustus 2023, 17:45 WIB
Rachmawati,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

Namun ia pun khawatir bambu di wilayahnya akan habis karena terus diambil untuk kebutuhan mereka.

"Akhirnya kami memutuskan untuk menanam bambu di sekitar kampung. Bahkan pihak perhutani menyediakan lahan 2,8 hektare untuk ditanami bambu di sepanjang bantaran sungai dari hulu ke hilir yang melewati Papring." kata dia.

Namun penanaman bambu itu tidak berjalan sesuai rencana. Menurutnya, ada beberapa orang yang menganggap bambu adalah hama yang akan merusak tanaman lain di sekitarnya.

Baca juga: Cerita Paskibra Degdegan Kibarkan Merah Putih di Banyuwangi Usai Guyuran Hujan

"Tak sedikit yang menolak. Tapi ya enggak apa-apa. Perubahan itu butuh waktu, tidak seperti membalik tangan," kata dia.

Sejak 2015, Kampung Batara dan masyarakat Papring menggelar pentas seni Hikayat Bambu setiap bulan Oktober untuk memperingati ulang tahun Kampung Batara.

Saat Hikayat Bambu, anak-anak Kampung Batara dan warga Papring menanam bibit bambu. Anak-anak juga akan menampilkan kesenian tradisional.

Total sudah ada 3.000 lebih bibit bambu yang ditanam di wilayah mereka. Bibit bambu tersebut diambil warga dari hutan yang kemudian dikembangkan di kampung meeka.

"Saat ada warga yang ke hutan untuk ambil bambu, mereka akan membawa bibit dan kemudian dikumpulkan di pelataran rumah. Setelah banyak, baru kemudian ditanam kembali. Selain di bantaran sungai, bibit bambu juga ditanam di sekitar sumber mata air di sini," kata dia.

Baca juga: TNI AU Bakal Atraksi di Langit Banyuwangi Saat Festival Gandrung Sewu

Ada berbagai jenis bambu yang ada di wilayah Papring. Antara lain ori, petung, peting, bonel, watu dan apus.

"Jenis bambu watu ini yang katanya hanya ada di Papring. Mirip dengan apus tapi ukurannya dan jenisnnya berbeda. Bisanya untuk kerajinan. Kalo jenis petung, peting, bonel biasanya untuk konstruksi. Semuanya ada di Papring," kata Widie.

Sementara itu Sunarti (47), salah satu perajin bambu mengaku bersyukur pemesanan kerajinan bambu mulai meningkat.

Ia dan sang suami pun tak kesulitan untuk mencari bahan baku yakni bambu karena semuanya tersedia di kampungnya.

Selain itu, dengan banyaknya pesanan, ia sudah mulai menabung untuk pendidikan anaknya, Widia yang saat ini sudah duduk di kelas 5 SD.

"Cukup kami saja yang putus sekolah. Jangan sampai anak-anak kami merasakan hal yang sama," kata Sunarti sambil mengerjakan anyaman bambu.

Baca juga: Pengukuhan 75 Paskibra Banyuwangi Diwarnai Tangis Haru

Hal senada juga diungkapkan oleh Asnawiyah (33). Ia bercerita menikah di usia 13 tahun dan melahirkan anak pertamanya di usia 15 tahun.

Karena itu ia berharap dari hasil menganyam bambu, anaknya yang bernama Humairah (14) bisa melanjutkan sekolah setingi-tingginya.

Ia mengaku setiap hari bisa menghasilkan rata-rata Rp 25.000 dari menganyam bambu serta mendapatkan uang tambahan dari membuat batik.

"Kalo suami antara Rp 50.000 sampai Rp 75.00 setiap hari. Hasilnya kami sisihkan untuk sekolah anak kami. Sekarang kami sudah paham bahwa pendidikan itu penting dan itu yang bisa mengubah nasib anak-anak kami," kata dia.

Baca juga: Angkasa Pura II Kembangkan Desa Wisata Berbasis Adat di Banyuwangi

Seorang ibu membuat anyaman bambu di Kampung Papring BanyuwangiKompas.com/Rachmawati Seorang ibu membuat anyaman bambu di Kampung Papring Banyuwangi
Setelah sembilan tahun berlalu, jumlah pernikahan anak di kampung tersebut menurun dratis. Hal tersebut dibenarkan Asnoto, Ketua RT 3 Lingkungan Papring.

Dia mengaku banyak perubahan yang terjadi sejak sembilan tahun terakhir. Tak hanya pernikahan usia anak yang berkurang, tapi ekonomi mereka juga semakin membaik.

"Yang terpenting, nama Papring semakin banyak yang mengenal. Produk bambu, batik dan kopi kami juga diakui," kata dia.

Suara gamelan musik terdengar dari Rumah Bambu Papring, tempat Fendi dan teman-temannya belajar menari.

Dan tak jauh dari sana, orang-orang dewasa menganyam bambu dan sebagian lagi membatik. Tak lama suara anak-anak terdengar dari Rumah Bambu.

"Belajar cerdas tanpa batas, semua orang adalah guru, alam raya sekolahku," teriak mereka menutup latihan siang itu.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Halaman:


Terkini Lainnya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Surabaya
Syukur Aziz Jalani Hidup dengan Upah Rp 1.300 per Barang sebagai Kurir Paket
Syukur Aziz Jalani Hidup dengan Upah Rp 1.300 per Barang sebagai Kurir Paket
Surabaya
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau