Tulisan di beberapa makam dengan bahasa Belanda masih jelas menyebut informasi siapa yang dimakamkan dan kapan jenazah lahir dan dimakamkan.
Menurut Kuncar, Makam Peneleh tidak hanya untuk petinggi Hindia Belanda. Beberapa juga ada jasad warga Jerman, Inggris, Jepang, Asia dan lainnya.
"Satu makam rata-rata dipakai untuk lebih dari dua jasad, tidak seperti sekarang yang ditutup permanen setelah dipakai menguburkan satu orang," kata dia.
Makam Peneleh menurutnya merupakan pemakaman modern di eranya dengan konsep klaster yang dibagi menurut pangkat, jabatan dan keluarga.
"Ini menandakan tingkat diskriminasi sosial yang tinggi pada zaman kolonial," ujarnya.
Baca juga: Soekarno di Penjara Sukamiskin dan Pesan Melalui Telur Asin
Jenazah yang memiliki jabatan dan tingkat sosial yang tinggi menempati makam yang lebih megah dengan ornamen yang lebih mewah.
Berdasarkan literasi yang ada, kata Kuncar, Makam Peneleh ditutup pada 1924 karena sudah penuh.
Pemerintah Hindia Belanda saat itu memindahkan makam ke komplek makam Kembang Kuning di Kelurahan Pakis Kecamatan Sawahan.
Baginya, Makam Peneleh adalah laboratorium sejarah desain dan arsitektur. Bukan hanya model bangunan makamnya yang berbeda tiap zaman, namun juga material pembuatannya, bentuk fontnya, simbol simbolnya, hingga ornamen ragam hiasnya.
"Ada perkawinan desain Belanda - Jawa dari bentuk makam. Ada konstruksi atap seng plus ornamen lisplang berukir tembaga," ucapnya.
Baca juga: Soekarno di Dalam Penjara Banceuy Bandung
Sementara itu pakar sejarah Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Prof Purnawan Basundoro menyebut Makam Peneleh adalah makam khusus untuk pejabat Hindia Belanda saat itu.
"Warga non Belanda tidak boleh dimakamkan di situ," ujarnya.
Saat itu, lokasi Makam Peneleh dipilih karena lokasinya jauh dari pemukiman warga.
"Saat itu pusat pemerintahan ada di sekitar Jembatan Merah, jadi makam Peneleh saat ini dulu lokasinya jauh dari pemukiman," terangnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.