Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Tradisi Ojung Situbondo: Pengertian, Latar Belakang, dan Waktu Pelaksanaan

Kompas.com, 15 Agustus 2023, 21:53 WIB
Dini Daniswari

Editor

KOMPAS.com - Tradisi Ojung merupakan ritual yang dilakukan leluhur di Desa Bugeman, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.

Tradisi Ojung adalah tradisi saling memukul menggunakan rotan yang dimainkan oleh dua orang.

Keberadaan tradisi tersebut masih dilakukan hingga saat ini dan dianggap untuk menghindari bencana.

Ojung juga merupakan tradisi yang dilakukan di sejumlah wilayah di Jawa Timur.

Tradisi Ojung

Pengertian Tradisi Ojung

Dalam bahasa Madura yang juga berlaku di Situbondo tradisi Ojung ditulis dengan Ojhung. Penulisan Ojung sesuai dengan bahasa Indonesia.

Tradisi Ojung adalah tradisi memukul menggunakan senjata rotan. Tradisi tersebut dimainkan oleh dua orang secara bergantian.

Jika salah satu peserta memukul, maka peserta lain akan menangkis atau menghindar.

Dalam tradisi Ojung, dua orang pemain saling berhadapan. Sebelum memukul, mereka akan berputar-putar terlebih dahulu dan menghentakkan kaki seperti orang menari.

Baca juga: Mengenal Tradisi Cowongan, Ritual Meminta Hujan di Banyumas: Dari Asal-usul hingga Pelaksanaan

Setiap gerakan pemain diselaraskan dengan iringan musik. Penonton akan memberikan semangat dengan suara riuh.

Durasi permainan dibatasi dengan tiga hingga lima kali adu cambukan. Permainan Ojung juga diilengkapi wasit yang disebut Kemlandang.

Dalam tradisi Ojung, penyelenggara biasa akan menyiapkan dana yang akan diberikan kepada pemain.

Pemain akan diberikan uang oleh penyelenggaran, rata-rata setelah tiga kali cambukan.

Jika wasit menganggap cambukannya bagus, maka akan ditambah dua kali cambukan.

Pada "ronde" selanjutnya tersebutlah setiap pemain akan mendapatkan uang sebanyak dua kali lipat. Setiap ronde membutuhkan waktu kurang lebih lima menit.

Tidak ada menang kalah dalam perminan tradisi Ojung. Pertunjukan tersebut lebih mengutamakan kelangsungan acara yang meriah.

Latar Belakang Tradisi Ojung

Tradisi Ojung telah dikenal sejak zaman nenek moyang yang masih dilakukan hingga saat ini.

Bagi masyarakat Desa Bugeman, tradisi Ojung harus dilaksanakan oleh kepala desa.

Tujuan tradisi Ojung untuk menghindari bencana alam, berbagai macam penyakit, carok, kematian hewan ternak, atau menghindari gagal panen untuk hasil pertanian dan perkebunan.

Untuk itu, masyarakat Desa Bugeman tidak berani meninggalkan tradisi ini.

Ada lima alasan utama tradisi Ojung selalu dilaksanakan setiap tahun, yaitu:

  1. Tradisi Ojung dipercaya untuk mendatangkan hujan. Jika, ada pemain yang meneteskan darah ke tanah sebagai pertanda permohonan mereka diterima oleh Alloh SWT.
  2. Tradisi Ojung digunakan untuk pertunjukan awal kesenian rakyat, seperti Singo Ulung Situbondo atau Bantengan di Mojokerto.
  3. Ojung pada zaman dahulu dipercaya sebagai latihan kanuragan bagi prajurit Majapahit, yang kemudian menjadi tradisi masyarakat.
  4. Ojung sebagai tradisi yang digelar untuk ritual khusus sebagai bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar terhindar dari malapetaka.
  5. Ojung menjadi pertunjukan hiburan di panggung dan area terbuka.

Pemain Tradisi Ojung

Baca juga: Larung Sesaji, Tujuan, Makna, dan Waktu Palaksanaan

Para Pemain bukan orang sembarangan. Pemain Ojung adalah laki-laki yang secara ritual telah diisi sehingga memiliki kekuatan tahan sakit akibat pukulan.

Jika mereka sampai tergores dan berdarah akibat pukulan yang mengenai punggung, maka mereka tetap tersenyum dan tidak terucap kata mengaduh.

Padahal jika melihat kejadian tersebut, penonton akan menjerit kesakitan membayangkan seolah-olah dirinya terkena sabetan.

Peran dukun dalam hal ini diyakini mempunyai kekuatan tertentu yang sanggup menyembuhkan luka dengan cara mengoleskan dengan taburan beras kuning dan kulit pisang.

Bahkan ada dukun yang hanya dengan usapan telapak tangan saja dapat menyembuhkan luka.

Syarat Tradisi Ojung

Pertunjukan tradisi Ojung mempunyai syarat dan ketentuan.

Syaratnya adalah mengadakan selamatan sehari sebelum pertunjukkan sekaligus memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

Proses selamatan tersebut dengan menyiapkan sesajen dengan isi berupa, nasi tujuh warna, bunga 1.000 macam, kepala sapi, kepala kambing, kepala kerbau, 1.000 tusuk sate, kue yang warnanya menyerupai warna tujuh hewan buas, dan legin (tempat untuk menaruh sesajen) yang terbuat dari bambu.

Setelah selamatan selesai, masyarakat akan membawa sesajen tersebut dari rumah kepala desa menuju panitenan atau rumah kepala adat.

Sesajen akan didoakan di rumah tersebut sekaligus mohon keselamatan kepada Yang Kuasa, supaya masyarakat mendapatkan keselamatan dan lebih baik dari tahun sebelumnya.

Pada keesokan harinya, ada upacara adat dan penyambutan kegiatan tradisi Ojung.

Baca juga: Mengenal 7 Upacara Adat di Indonesia dan Tujuannya, Ada Tradisi Bakar Batu di Papua

Waktu Pelaksanaan Tradisi Ojung

Tradisi Ojung dilakukan pada keesokan setelah selamatan. Rangkaian kegiatan Ojung biasanya dilakukan mulai pukul 13.00 hingga 18.00 WIB pada hari Selasa.

Masyarakat Desa Bugeman memilih hari Selasa karena dianggap sakral dan bagus.

Tradisi Ojung diawali dengan pertunjukan tari-tarian yang diiringi oleh gamelan dan diakhiri dengan doa.

Properti tradisi Ojung adalah, rotan, pakaian pemain Ojung yang berupa sarung dan kopyah, serta alat musik pengiring berupa gamelan, kendang, dan gong.

Tradisi Ojung tidak menentukan pemenang yang kalah dan menang. Pemain melakukan dengan ikhlas demi pertunjukan hiburan dan kegiatan tahunan.

Sumber:

kebudayaan.kemdikbud.go.id

jatim.antaranews.com

digilib.uin-suka.ac.id

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Kesaksian Tour Leader di Bangsring Banyuwangi: Pelaku Ancam, Jika Tak Bayar, Bus Tak Bisa ke Luar
Surabaya
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Sebagian Rombongan Wisata Korban Pemalakan di Bangsring Underwater Banyuwangi Ternyata Lansia
Surabaya
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Banjir Genangi Jalan Pantura Baluran Situbondo, Arus Lalu Lintas Melambat
Surabaya
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Rombongan Wisatawan Disandera dan Dipalak Rp 150.000, Pemkab Banyuwangi: Pelaku Bukan Pengelola Resmi
Surabaya
Pelaku Pungli 'Uang Pengawalan' Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Pelaku Pungli "Uang Pengawalan" Bus Wisata di Banyuwangi Dikenai Sanksi Wajib Lapor
Surabaya
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Ditangkap Polisi, 2 Pelaku Pungli Bus Pariwisata di Banyuwangi Minta Maaf
Surabaya
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Surabaya
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar 'Uang Pengawalan', Penyandera Ditangkap
Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar "Uang Pengawalan", Penyandera Ditangkap
Surabaya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau