Editor
Tradisi Ojung telah dikenal sejak zaman nenek moyang yang masih dilakukan hingga saat ini.
Bagi masyarakat Desa Bugeman, tradisi Ojung harus dilaksanakan oleh kepala desa.
Tujuan tradisi Ojung untuk menghindari bencana alam, berbagai macam penyakit, carok, kematian hewan ternak, atau menghindari gagal panen untuk hasil pertanian dan perkebunan.
Untuk itu, masyarakat Desa Bugeman tidak berani meninggalkan tradisi ini.
Ada lima alasan utama tradisi Ojung selalu dilaksanakan setiap tahun, yaitu:
Baca juga: Larung Sesaji, Tujuan, Makna, dan Waktu Palaksanaan
Para Pemain bukan orang sembarangan. Pemain Ojung adalah laki-laki yang secara ritual telah diisi sehingga memiliki kekuatan tahan sakit akibat pukulan.
Jika mereka sampai tergores dan berdarah akibat pukulan yang mengenai punggung, maka mereka tetap tersenyum dan tidak terucap kata mengaduh.
Padahal jika melihat kejadian tersebut, penonton akan menjerit kesakitan membayangkan seolah-olah dirinya terkena sabetan.
Peran dukun dalam hal ini diyakini mempunyai kekuatan tertentu yang sanggup menyembuhkan luka dengan cara mengoleskan dengan taburan beras kuning dan kulit pisang.
Bahkan ada dukun yang hanya dengan usapan telapak tangan saja dapat menyembuhkan luka.
Pertunjukan tradisi Ojung mempunyai syarat dan ketentuan.
Syaratnya adalah mengadakan selamatan sehari sebelum pertunjukkan sekaligus memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Proses selamatan tersebut dengan menyiapkan sesajen dengan isi berupa, nasi tujuh warna, bunga 1.000 macam, kepala sapi, kepala kambing, kepala kerbau, 1.000 tusuk sate, kue yang warnanya menyerupai warna tujuh hewan buas, dan legin (tempat untuk menaruh sesajen) yang terbuat dari bambu.
Setelah selamatan selesai, masyarakat akan membawa sesajen tersebut dari rumah kepala desa menuju panitenan atau rumah kepala adat.
Sesajen akan didoakan di rumah tersebut sekaligus mohon keselamatan kepada Yang Kuasa, supaya masyarakat mendapatkan keselamatan dan lebih baik dari tahun sebelumnya.