Sementara untuk kebutuhan makan di tempat kerja, ia membawa bekal sendiri dari rumah. Begitu pun, menurutnya, tidak ada jaminan kesehatan dari tempatnya bekerja.
"Jam kerja dari pukul 07,00 WIB sampai pukul 14.00 WIB," terangnya.
Saat berangkat, ia dijemput ke rumahnya oleh pengelola kebun teh Wonosari, menggunakan kendaraan truk, bersama pekerja lainnya di Desa Ketindan.
"Pulangnya kami jalan kaki ke rumah. Jaraknya sekitar 1 hingga 2 kilometer dari kebun teh ke rumah," ujarnya.
Pensiunan pekerja petik teh, Riati (56), menyampaikan hal senada. Pada masanya saat masih bekerja sebagai pemetik teh 13 tahun silam, ia digaji sebesar Rp 1.000 per kilogram.
"Dulu pada masa saya masih manual, petiknya masih manual menggunakan tangan. Sehari bisa dapat 30 kilogram," ungkapnya saat ditemui, Senin (31/7/2023).
Baca juga: Cerita Nurkholis 11 Tahun Jadi Buruh di Kebun Sawit, Diberi Upah Rp 140 Per Kg
Riati bekerja sebagai pemetik teh di Kebun Teh Wonosari selama 35 tahun, sebelum akhirnya memutuskan pensiun pada tahun 2009.
"Kalau pekerja bagian petik teh tidak ada yang diangkat pegawai tetap. Semuanya pegawai lepas, sistem borongan dengan metode pengupahan Rp 1.000 per kilogram," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.