Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekskavasi Lanjutan Candi Gedog Blitar Dimulai, Diharapkan Bisa Ungkap Tata Ruang Candi

Kompas.com, 13 Juni 2023, 14:48 WIB
Asip Agus Hasani,
Krisiandi

Tim Redaksi

BLITAR, KOMPAS.com – Balai Pelestarian Kebudayaan (Bapelbud) Wilayah 11 Jawa Timur memulai ekskavasi lanjutan Candi Gedog yang terletak di Kelurahan Gedog, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar, Jawa Timur, Selasa (13/6/2023).

Ekskavasi lanjutan yang ke-5 itu menargetkan pengayaan data arkeologis Candi Gedog terutama terkait temuan sisa struktur bangunan pendukung yang berada di luar pagar.

Ketua Tim Ekskavasi Candi Gedog dari BPK Wilayah 11 Jatim Nugroho Harjo Lukito mengatakan fokus ekskavasi pada sisa struktur bangunan pendukung yang ditemukan pada ekskavasi lanjutan yang ke-4 pada Maret lalu itu diharapkan akan memberikan banyak data arkeologis penting pada proyek ekskavasi Candi Gedog secara keseluruhan.

Baca juga: Ekskavasi Candi Gedog Blitar Ungkap Teknologi Konstruksi Era Majapahit

“Kita akan lanjutkan temuan struktur pada ekskavasi tahap 4 lalu karena waktu itu belum selesai keseluruhan struktur yang di sisi  barat itu. Harapan kita akan semakin banyak data arkeologis yang kita dapatkan dari struktur bangunan pelengkap tersebut,” ujar Nugroho kepada wartawan di lokasi ekskavasi.

Ekskavasi yang akan berlangsung selama 12 hari dengan anggaran Rp 130 juta tersebut, kata dia, juga menargetkan penggalian sejumlah titik di sepanjang pagar candi sisi utara yang pada ekskavasi sebelumnya belum efektif.

Diduga candi satu halaman

Pada tahap-tahap ekskavasi sebelumnya, arkeolog yang terlibat dalam ekskavasi dan kajian atas Candi Gedog cenderung menduga bahwa Candi Gedog merupakan candi keagamaan Hindu dengan tata ruang tiga halaman berundak.

Antara halaman yang satu dengan yang lain dibatasi pagar sehingga diasumsikan terdapat tiga pagar di bagian depan Candi Gedog yang menghadap ke barat itu.

Namun pada kajian terakhir berdasarkan data-data yang dikumpulkan hingga ekskavasi ke-4, kata Nugroho, kecenderungan dugaan terkait tata ruang halaman bergeser menjadi condong pada konsep satu halaman.

Baca juga: Hari Ketiga Ekskavasi Lanjutan Candi Gedog Blitar, Arkeolog Temukan Komponen Pintu

“Pertama kita asumsikan seperti itu (tiga halaman) tapi melihat perkembangan data rasanya candi ini tidak tiga halaman tiga pagar, tapi satu pagar (satu halaman). Karena kita lihat lanskap sisi barat itu ada sungai,” ujarnya.

Menurut Nugroho, candi keagamaan Hindu juga mengenal konsep satu halaman atau satu pagar terutama pada candi-candi Hindu di era Jawa Tengah.

Pada konsep candi Hindu dengan satu halaman, lanjutnya, terdapat bangunan pelengkap semi profan yang terletak di luar pagar.

Nugroho mengatakan, pihaknya menduga sisa struktur bangunan di luar pagar sisi barat yang ditemukan pada ekskavasi ke-4 lalu merupakan bangunan pelengkap semi terbuka yang bersifat semi profan dalam konsep tata ruang candi Hindu dengan satu halaman.

Bangunan semi profan tersebut, ujarnya, digunakan untuk tempat berkumpulnya umat yang bersiap untuk melakukan aktivitas keagamaan di area dalam pagar candi.

Baca juga: Arkeolog Pastikan Situs Candi Gedog Hanya Sisakan Fondasi, Bagian Tubuh Candi Sudah Hilang

“Bangunan itu bisa digunakan untuk persiapan kegiatan religi sebelum umat masuk ke halaman candi yang dianggap sebagai halaman suci atau sakral,” tuturnya.


Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Blitar Edy Wasono mengungkapkan kembali komitmen Pemerintah Kota Blitar untuk mendukung proyek ekskavasi Candi Gedog hingga tahap pemugaran.

Menurut Edy, Candi Gedog dengan dimensi pagar sekitar 30 meter x 30 meter itu diharapkan akan memperkaya destinasi wisata Kota Blitar yang selama ini telah memiliki magnet utama berupa Makam Presiden Soekarno di Kelurahan Bendogerit, Kecamatan Sananwetan.

“Bagaimana Candi Gedog ini nanti bisa memberikan kontribusi besar terhadap kesejahteraan masyarakat dan juga penerimaan pendapatan asli daerah. Menjadi daya tarik wisata khususnya wisata cagar budaya,” ujar Edy.

Baca juga: Hari Terakhir Ekskavasi ke-4 Candi Gedog Blitar, Arkeolog Temukan Sisa Struktur Bangunan Beratap

Candi Gedog “ditemukan kembali” pada akhir 2019 berawal dari temuan arca kepala kala di pematang sawah beberapa puluh meter dari lokasi yang kini terungkap sebagai bangunan utama candi.

Arkeolog dan sejarawan menyebut penemuan Candi Gedog sebagai penemuan kembali Candi Raffles yang hilang.

Sebutan itu didasarkan pada fakta bahwa keberadaan Candi Gedog disebutkan dengan jelas oleh Gubernur Hindia Belanda periode 1811-1816 Sir Thomas Stamford Raffles dalam buku monumentalnya History of Java (1817) namun wujud fisik Candi Gedog tidak ditemukan pada era Pemerintahan Indonesia hingga seorang petani arca kala yang mengantarkan pada penemuan kembali Candi Gedog.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau