Untuk mencukupi kebutuhan keluarga, Hasan tak sepenuhnya mengandalkan dari hasil belerang. Meski dari penambang lain menjadikan sebagai pekerjaan utama.
"Saya juga rawat ternak dan tani juga di kebun. Tapi itu ya pas di hari libur nambang. Karena kan sehari sekali libur, itu yang kita manfaatkan," ujarnya.
Hasan dan kawan sesama penambang belerang juga menerima jasa ojek troli.
"Kalau ada wisawatan naik troli, biaya yang dikenakan adalah Rp 800.000 PP, kalau naik saja Rp 600.000 sampai Rp 700.000. Itu dibagi 3-4 orang pendorong," ujarnya.
"Sedangkan harga untuk turun yakni Rp 200.000 hingga Rp 300.000 atau lebih murah, karena bertugas mendorong troli sendirian," imbuh Hasan.
Baca juga: BBKSDA Larang Pendaki Turun ke Kawah Ijen, Waktu Pendakian Juga Dibatasi
Menurut dia, kondisi tambang belerang di Kawah Ijen sudah tidak seperti dulu.
"Sekarang agak susah dicari. Makanya sekarang mungkin hanya tinggal 50 orang saja yang nambang," ucap Hasan.
Penyebab yang mempengaruhi adalah karena faktor alam. Mulai volume air danau kawah yang naik hingga terdapat sumbatan-sumbatan di pipa kawah.
"Airnya itu sekarang lagi naik. Panas itu, kayak air mendidih. Jadi kita harus hati-hati kalau nambang," ucapnya.
Baca juga: Peluk Gubernur Khofifah Sambil Menangis, Korban Banjir Bandang Ijen: Semua Barang Saya Habis...
Selain itu mengurangnya para penambang belerang di kawah Gunung Ijen juga karena tidak ada penerus.
"Memang anak muda sekarang kebanyakan tidak mau jadi penambang. Anak saya saja juga saya larang. Karena tahu berat dan risikonya besar," ucap Hasan.
Apalagi, tidak ada jaminan kesehatan atau keselamatan kerja dari pihak pabrik yang ditawarkan untuk para penambang. Karena memang pekerja lepas.
"Kita memang hanya setor saja ke pihak pabrik. Karena juga satu-satunya di sini. Pabrik hanya menyediakan alat untuk nambang saja di atas kawah sana," ucapnya.
Karena segala apapun yang terjadi saat melakukan aktivitas penambangan belerang, bukan tanggung jawab dari pihak pabrik.
"Dulu ada sempat yang pernah kecelakaan kerja, akhirnya meninggal. Sama pabrik dikasih santunan gitu aja," terang Hasan.
Hasan dan penambang belerang lain sebenarnya ingin ada semacam asuransi atau jaminan keselamatan kerja, namun dia tidak bisa berbuat banyak.
"Harapan kita semua para penambang ya ada itu. Tapi ya gimana lagi," tutup Hasan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.