Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aksi Turis Rusia Nyalakan "Flare" di Ijen, Disebut Tak Pakai Jasa Pemandu Lokal dan Di-"blacklist"

Kompas.com - 06/03/2023, 12:44 WIB
Rizki Alfian Restiawan,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Sejumlah turis asing diduga warga negara (WN) asal Rusia menyalakan flare di Kawah Ijen, Banyuwangi, Jawa Timur.

Para turis itu disebut tidak memakai jasa pemandu wisata lokal.

Salah seorang pemandu lokal TWA Kawah Ijen, Albi, membenarkan bahwa para WNA tersebut tidak menggunakan jasa pemandu.

"Biasanya (kalau pakai jasa pemandu lokal) kami briefing dulu, mana yang dilarang dan mana yang diperbolehkan," kata Albi kepada Kompas.com, Senin (6/3/2023).

Baca juga: Bangku di Jalan Besar Ijen Akan Dipindahkan ke Taman Kota, Kadis LH: Supaya Tidak Mengurangi Manfaat

Namun, Albi menyebutkan, para turis tersebut sempat menyewa masker kepadanya. Dia mengaku tidak mengetahui bahwa mereka akhirnya menyalakan flare di Kawah Ijen.

"Saya hanya menjual masker saja. Jadi bukan sebagai pemandu wisatanya WNA itu," kata Albi.

Video rombongan WNA yang menyalakan flare tersebut juga viral di media sosial.

Dalam video berdurasi 22 detik tersebut tampak tujuh orang pelancong WNA berpose dengan latar belakang Kawah Ijen.

Masing-masing dari mereka memegang flare warna-warni. Rombongan WNA berjaket tersebut juga terlihat menggunakan masker respirator.

Penjelasan BKSDA

Kepala Seksi Konservasi BKSDA Jatim Wilayah V Banyuwangi Purwantono membenarkan aksi itu terjadi di puncak Gunung Ijen.

Berdasarkan informasi yang diterimanya, aksi WNA Rusia itu dilakukan pada 26 Februari 2023 pukul 07.22 WIB. Namun, video mereka baru menyebar beberapa waktu terakhir.

"Infonya turis itu dari Rusia, berdasarkan keterangan dari orang yang menyewakan masker," kata Purwantono.


Purwantono menduga, aksi itu dilakukan ketika kondisi pendakian ke puncak Kawah Gunung Ijen sedang sepi.

Itu yang kemudian menjadi sebab tidak ada laporan atau keluhan dari pendaki lain ketika kejadian.

"Aksi yang tidak umum dilakukan. Dari dulu kami tidak pernah mendapati kejadian seperti itu. Seperti kembang api kami larang. Seperti saat tahun baru kemarin," kata dia.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com