Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak yang Melihat Ibunya Dibunuh di Malang Sering Merenung dan Ketakutan hingga Suami Korban Menolak Diajak Bicara

Kompas.com, 1 Februari 2023, 20:59 WIB
Riska Farasonalia

Editor

KOMPAS.com - L (33), seorang ibu di Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang, Jawa Timur tewas dibunuh secara sadis yang diduga dilakukan oleh selingkuhannya, S (30).

Aksi pembunuhan itu dilakukan pelaku di depan kedua anaknya yang masih kecil pada Minggu (19/12/2022).

Peristiwa mengenaskan itu menyebabkan anak-anak korban mengalami trauma.

Bahkan, suami korban juga turut terdampak psikologis akibat kejadian tersebut.

Baca juga: Polisi Sebut Anak yang Menyaksikan Ibunya Dibunuh di Malang Alami Trauma, Dapat Pendampingan Psikologis

Kondisi keluarga korban

Polisi menyebut, dari ketiga anak korban ada dua anak yang melihat secara langsung peristiwa pembunuhan di lokasi kejadian yakni AL (1) dan DF (8).

"Anaknya berjumlah tiga orang. Tapi yang ada di TKP saat kejadian dan melihat langsung peristiwa itu dua anak, yakni AL (1) berjenis kelamin perempuan dan DF (8) berjenis kelamin laki-laki," ungkap Kasatreskrim Polres Malang, Iptu Wahyu Rizki Saputro dalam konferensi pers, Rabu.

Sementara, satu anak lagi berinisial GT (19) tidak ada di rumah saat kejadian itu karena sedang bekerja di Kabupaten Lumajang.

Wahyu mengatakan, anak korban, DF sering merenung dan kerap merasa ketakutan.

"Tidak hanya anak-anaknya, suami sah korban, Ngadilan juga mengalami dampak psikologis. Ia kerap menolak saat diajak berbicara," ungkap dia.

Pendampingan psikologis

Dalam penanganan kasus tersebut, polisi berupaya melakukan pendampingan terhadap keluarga korban.

Wahyu mengaku, jajaran Polres Malang melakukan pendampingan psikologis secara rutin kepada keluarga, khususnya anak-anak korban.

"Alhamdulillah, saat ini mulai membaik. Tapi pendampingan psikologis ini akan terus kami lakukan sampai mereka pulih 100 persen," jelas dia.

Tidak hanya kepada anak-anak dan keluarga korban, pendampingan psikologis juga dilakukan kepada warga setempat sekaligus kepada siswa Sekolah Dasar yang pertama kali menemukan jenazah tersangka yang ditemukan gantung diri pada Rabu (1/2/2023).

"Pendampingan kepada warga setempat karena selama S melarikan diri di hutan setempat, warga setempat juga mengalami ketakutan," ujar dia.

Baca juga: Berulang Kali Gagal Ditangkap Polisi, Terduga Pembunuh di Malang Ditemukan Tewas Gantung Diri

Aksi pembunuhan

Sebelumnya, L dibunuh secara sadis di depan anak-anaknya pada Minggu (19/12/2022).

Halaman:


Terkini Lainnya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau