Setelah memastikan lukisannya layak dinikmati publik, dia pun mulai berani memamerkan karyanya di beberapa tempat dalam beragam acara.
“Mulai melukis sejak tahun 1997, kalau melukis dari bubur kertas sejak 1998. Ide awalnya karena melihat banyaknya bekas buku pelajaran, pikirnya waktu itu eman-eman (sayang) kalau hanya dibakar atau dijual kiloan,” ujar Tetris.
Hingga saat ini, Tetris masih melukis dengan menggunakan limbah kertas.
Diakui Tetris, pesanan lukisan dari limbah kertas memang tidak cukup banyak jika dibandingkan dengan permintaan melukis dengan pensil maupun cat.
“Setiap bulan ada dua sampai tiga pesanan lukisan dari limbah kertas. Peminatnya memang enggak banyak, tetapi setiap bulan ada (pesanan),” ujar Tetris.
Dia mengungkapkan, untuk lukisan dari limbah kertas, dia memberlakukan tarif bervariasi.
Untuk satu bingkai lukisan dengan ukuran 40x60 sentimeter, biasanya dijual dengan harga Rp 800.000 hingga Rp 1 juta.
Variasi harga, lanjut Tetris, juga tergantung pada tingkat kerumitan lukisan maupun tingkat kesulitan dalam melukis.
Dia menambahkan, pendapatannya sebagai pelukis mengalami penurunan drastis sejak pandemi Covid-19.
Pendapatannya kini rata-rata Rp 5 juta per bulan. Sedangkan sebelum pandemi pria tersebut bisa mencapai Rp 25 juta per bulan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.