Menariknya, produk itu tak hanya dipasarkan melalui online saja.
"Kita manfaatkan medsos, Facebook, Instagram dan WhatsApp. Belum yang di ofline yang datang langsung ke rumah. Ada hitungannya sendiri," katanya malu-malu.
Wulan mengaku bersyukur usaha rumahan yang ia bangun sejak pulang dari merantau ke luar negeri sudah mulai berkembang.
Wulan bercerita, ada tiga negara yang pernah ia tempati untuk mengadu nasib dulu selama satu dekade. Diantaranya Jepang, Singapura dan Hongkong.
Wulan pertama kali pergi ke luar negeri pada tahun 1996. Saat itu negara awal yang menjadi tujuannya adalah Jepang.
Baca juga: 95 PMI Asal NTT Meninggal di Luar Negeri dalam 11 Bulan, Sebagian Besar Pekerja Ilegal
Namun, harapan sukses di negeri bunga sakura itu kandas lantaran ia ditipu oleh pihak agen. Wulan ternyata jadi PMI ilegal dan jadi korban perdagangan manusia.
"Waktu itu saya tidak begitu paham. Saya dipekerjakan di restoran dan bekerja 3 bulan," ungkap Wulan.
Selain itu, Wulan juga tidak diperkenankan berkomunikasi dengan siapa pun selain karyawan di restoran tersebut.
"Dari situ akhirnya saya berniat untuk kabur. Setelah dibantu teman yang ada di sana akhirnya berhasil keluar dari Jepang dan kembali ke Indonesia," terangnya.
Baca juga: Jadi Korban Penyaluran PMI Bodong, 2 Warga KBB Berhasil Dipulangkan
Saat kembali ke Indonesia, Wulan tidak langsung pulang ke rumah di Banyuwangi. Melainkan berhenti dan transit di Jakarta untuk persiapan berangkat ke Singapura.
"Ada tawaran pekerjaan di sana dari teman, setelah mengurus administrasi saya langsung terbang ke Singapura," ucap Wulan.
Di Singapura Wulan lumayan betah. Dia bekerja mengadu nasib di sana hingga 1,8 tahun lamanya.
"Setelah hampir dua tahun di sana, saya pindah ke Hongkong. Di sana lumayan lama, sekitar 8 tahunan," tutur Wulan.
Baca juga: 92 PMI Asal NTT Meninggal di Luar Negeri Selama Januari-Oktober 2022
Kenyang mengadu nasib di Hongkong, istri dari Suhardibyo (43) itu memutuskan untuk pulang kampung. Dia ingin fokus menjadi ibu rumah tangga.
"Waktu itu saya pulang dua kali dari Hongkong. Anak-anak juga masih kecil. Mereka butuh perhatian dari ibunya," ucap Wulan.
Balik di kampung halamannya di Banyuwangi, Wulan sempat bingung. Pekerjaan suami yang hanya sebagai petani, pas-pasan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya.
"Uang dari Hongkong juga sudah habis. Mau usaha juga tidak ada cukup modal. Tapi kami tetap bersyukur bisa kumpul bareng keluarga," cerita Wulan.
Koordinator Migran Care Banyuwangi, Edi Sujiman mengapresiasi keberhasilan salah satu PMI binaannya dalam pengembangan usaha.
"Mbak Wulan ini salah satu sosok PMI yang punya etos kerja yang bagus. Terbukti usahanya bisa berjalan," ujarnya.
Baca juga: Jadi Korban Penyaluran PMI Bodong, 2 Warga KBB Berhasil Dipulangkan
Bukan tanpa alasan, menurut Edi, pembinaan dan pelatihan berkala yang dilakukan oleh Migran Care memang fokus terhadap peningkatan sosial ekonomi, khusunya UMKM.
"Dan kami kira Mbak Wulan salah satu PMI yang sukses dalam usahanya," kata Edi.
Menurut Edi, apa yang dilakukan oleh Wulan patut ditiru oleh PMI lain di Banyuwangi.
"Patut ditiru karena keuletannya dalam membangun usaha. Tidak mudah memang, namun perlu ketelatenan dan kerja keras," ungkapnya.
Edi menjelaskan, Migrant Care bergerak dalam isu perlindungan Pekerja Migran Indonesia.
"Kami melakukan advokasi kebijakan, bantuan hukum, penelitian, dan pendidikan untuk memperkuat gerakan buruh migran sebagai bagian dari gerakan sosial guna mewujudkan keadilan global," pungkas Edi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.