Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita di Balik Tenun Ikat Kediri, Kain yang Pernah Dipakai Song Kang hingga Presiden Jokowi

Kompas.com - 21/11/2022, 20:45 WIB
M Agus Fauzul Hakim,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

Itu membuat mereka kembali terpukul karena tidak mampu bersaing dengan tenun hasil pabrikan. Sebab harganya lebih murah dan stoknya membanjiri pasar.

"Banyak perajin tutup karena kalah saing," ujar perempuan yang sebulannya menghasilkan 1.750 potong kain tenun ikat ini.

Perajin yang ada saat itu, kata Rukayah, bisa bertahan karena menggunakan tenun ikat dan mengembangkan motif.

Ikat dan motif yang membutuhkan 14 tahapan itu pula yang menjadi ciri khas, sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh pabrik.

"Tapi ya tetep belum bisa berkembang maksimal," lanjut Rukayah yang mempunyai 115 pekerja ini.

Baca juga: Cerita Erwin, Perajin Tenun Ikat Kota Kediri yang Terlecut Usai Produknya Dipakai Jokowi

Rukayah menilai, keterbatasan kemampuan menjangkau pasar dan belum banyak mendapatkan dukungan pemerintah menjadi salah satu faktor sulitnya usaha itu berkembang dulunya.

"Dulu kan belum ada internet juga," lanjutnya.

Baju dengan bahan tenun ikat Bandar Kidul Kota Kediri, Jawa Timur.KOMPAS.com/M.AGUS FAUZUL HAKIM Baju dengan bahan tenun ikat Bandar Kidul Kota Kediri, Jawa Timur.
Dukungan pemerintah

Para perajin tenun ikat mulai mendapatkan perhatian pada kisaran 2007, tepatnya periode pemerintahan Wali Kota Maschut.

Untuk pengembangan tenun, Maschut mulai mendorong kain tenun tidak hanya untuk sarung, tetapi dikembangkan menjadi jenis pakaian.

"Saat itu Pak Maschut pesan 7.000 pakaian kepada para perajin di sini," ungkapnya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Pelaku Pelecehan Payudara di Sidoarjo Tertangkap Korban dan Dihajar Massa

Pelaku Pelecehan Payudara di Sidoarjo Tertangkap Korban dan Dihajar Massa

Surabaya
Kandang Ayam di Banyuwangi Terbakar, 28.000 Ekor Mati Terpanggang

Kandang Ayam di Banyuwangi Terbakar, 28.000 Ekor Mati Terpanggang

Surabaya
Bandara Dhoho Kediri Layani 1.155 Penumpang hingga H+6 Lebaran

Bandara Dhoho Kediri Layani 1.155 Penumpang hingga H+6 Lebaran

Surabaya
Konser MAFEST Volume 3 Batal, Pembeli Tiket Minta Uang Kembali

Konser MAFEST Volume 3 Batal, Pembeli Tiket Minta Uang Kembali

Surabaya
Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Surabaya
Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Surabaya
Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Surabaya
Hutan Pinus Loji Blitar: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Hutan Pinus Loji Blitar: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Surabaya
Bocah di Lamongan Tewas Usai Terpeleset di Telaga

Bocah di Lamongan Tewas Usai Terpeleset di Telaga

Surabaya
Anggota Geng di Surabaya Bersujud dan Menangis di Hadapan Ibunya

Anggota Geng di Surabaya Bersujud dan Menangis di Hadapan Ibunya

Surabaya
Jelang Lebaran Ketupat, Polisi Trenggalek Amankan 135 Balon Udara Berbagai Ukuran

Jelang Lebaran Ketupat, Polisi Trenggalek Amankan 135 Balon Udara Berbagai Ukuran

Surabaya
Riyoyo Kupat, Tradisi Lebaran Ketupat di Lamongan dan Gresik

Riyoyo Kupat, Tradisi Lebaran Ketupat di Lamongan dan Gresik

Surabaya
Viral TKW asal Madura Bawa Emas 3 Kilo Diminta Bea Cukai Bayar Pajak Rp 360 Juta

Viral TKW asal Madura Bawa Emas 3 Kilo Diminta Bea Cukai Bayar Pajak Rp 360 Juta

Surabaya
Mengenal Sejarah Lebaran Ketupat di Kecamatan Durenan Trenggalek

Mengenal Sejarah Lebaran Ketupat di Kecamatan Durenan Trenggalek

Surabaya
Wisatawan Bandel Mandi di Pantai Paseban, Relawan Ingatkan Bahaya Pakai Kantong Jenazah

Wisatawan Bandel Mandi di Pantai Paseban, Relawan Ingatkan Bahaya Pakai Kantong Jenazah

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com