Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Devi, Mencari Keadilan dalam Tragedi Kanjuruhan lewat Otopsi 2 Jenazah Putrinya

Kompas.com, 5 November 2022, 15:53 WIB
Reza Kurnia Darmawan

Editor

KOMPAS.com - Tragedi Kanjuruhan merenggut dua putri Devi Athok Yulfitri, yakni Natasya Debi Ramadani (16) dan Naila Debi Anggraini (13).

Demi mencari keadilan bagi dua anaknya yang meninggal dalam Tragedi Kanjuruhan, Devi mengajukan agar jenazah anaknya diotopsi.

Ia mengajukan otopsi karena tidak puas dengan keterangan polisi terkait penyebab kematian korban Tragedi Kanjuruhan.

"Otopsi ini adalah prosedur hukum yang bisa kami tempuh sebagai warga negara, agar kasus ini bisa terbuka, semoga hasilnya benar-benar transparan," ujarnya, Jumat (4/11/2022).

Baca juga: Ikhlaskan 2 Jenazah Putrinya Diotopsi, Devi: Mewakili Semua Korban Tragedi Kanjuruhan, agar Mereka Tenang di Alamnya

Proses otopsi berlangsung di Pemakaman Umum Desa Sukolilo, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (5/11/2022).

Devi mengatakan, nenek korban sempat merasa ragu dengan otopsi kedua jenazah cucunya.

"Keraguan keluarga justru kepada hasil otopsinya. Ada yang tidak tega, khawatir hasilnya direkayasa. Khawatir anak-anak saya hanya dijadikan kelinci percobaan," ucapnya.

Meski demikian, Devi mengaku sudah meyakinkan keluarganya bahwa otopsi dilakukan agar kedua anaknya dan korban lain dalam Tragedi Kanjuruhan mendapat keadilan.

"Biarkan jenazah anak-anak saya yang diotopsi mewakili semua korban yang lain. Saya ikhlas agar anak saya dan korban yang lain bisa tenang di alamnya," ungkapnya.

Ayah dari dua korban Tragedi Kanjuruhan itu mengaku bakal mengawal proses otopsi sampai akhir.

Baca juga: Datang ke Proses Otopsi, Ayah Korban Tragedi Kanjuruhan Menangis Menjerit: Maafkan Nak

Ia menuturkan, seandinya hasil otopsi menyatakan bahwa kedua putrinya meninggal akibat efek tembakan gas air mata, Devi berharap hal itu bisa membuka hati pihak kepolisian, yang sebelumnya menyebutkan kematian korban Tragedi Kanjuruhan bukan disebabkan gas air mata.

Humas Tim Gabungan Aremania Totok Kacong berharap proses otopsi dilakukan secara transparan.

"Kami keluarga besar Aremania berharap pelaksanaan otopsi ini dilakukan secara transparan untuk keadilan para para korban," tuturnya, Sabtu.

Totok menjelaskan, Aremania akan mengawal proses otopsi sampai tuntas, hingga hasilnya keluar.

"Bahkan Aremania akan mengawal sampai pada proses ke lebih tinggi. Yakni sampai ke proses penyidikan," terangnya.

Baca juga: 6 Dokter Forensik Diturunkan untuk Otopsi Korban Tragedi Kanjuruhan

6 dokter forensik diturunkan

Sejumlah petugas bersiap di lokasi otopsi dua jenazah kakak beradik korban Tragedi Kanjuruhan, Natasya Debi Ramadani (16) dan Naila Debi Anggraini (13) di TPU Dusun Patuk Desa Sukolilo Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, Sabtu (5/11/2022) pagi. KOMPAS.COM/SUCI RAHAYU Sejumlah petugas bersiap di lokasi otopsi dua jenazah kakak beradik korban Tragedi Kanjuruhan, Natasya Debi Ramadani (16) dan Naila Debi Anggraini (13) di TPU Dusun Patuk Desa Sukolilo Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, Sabtu (5/11/2022) pagi.

Otopsi terhadap dua korban Tragedi Kanjuruhan ditangani oleh enam dokter forensik.

Ketua Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia (PDFI) Cabang Jawa Timur dr Nabil Bahasuan mengungkapkan, para dokter forensik yang terlibat berasal dari sejumlah instansi, yakni Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Hangtuah Surabaya, FK Universitas Airlangga Surabaya, dan FK Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang, RSUD dr Soetomo Surabaya, RSUD Syarifah Ratoe Ebo Kabupaten Bangkalan Madura, dan RS Unair Surabaya.

"Selain itu, kami PDFI cabang Jawa Timur juga membentuk tim independen yang terdiri dari dua penasehat dan enam operator," jelasnya, Sabtu.

Baca juga: 2 Jenazah Remaja Korban Tragedi Kanjuruhan Diotopsi Besok, Tenda Sudah Didirikan di Makam

Nabil membeberkan, otopsi dilaksanakan berdasarkan permintaan penyidik Polda Jawa Timur, berdasarkan surat permintaan visum et repertum.

Sementara itu, Kabid Humas Polda Jawa Timur Kombes Dirmanto menyampaikan, kepolisian juga membantu pelaksanaan otopsi terhadap dua korban Tragedi Kanjuruhan.

"Sebelumnya kami telah melakukan persiapan sejak jauh-jauh hari. Meliputi koordinasi pelaksanaan kegiatan ini agar berjalan dengan aman dan lancar, serta membantu menyiapkan sarana prasarana yang diperlukan oleh tim Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia wilayah Jawa Timur" paparnya.

Proses otopsi terhadap dua korban Tragedi Kanjuruhan ini juga dihadiri oleh Ketua Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Benny Mamoto, Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) Hasto Atmojo Suroyo, penyidik Polda Jawa Timur, dan perwakilan Aremania.

Baca juga: Menanti Otopsi Korban Tragedi Kanjuruhan, 20 Dokter Bakal Terlibat, Aremania Dipersilakan Datang

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Kabupaten Malang, Imron Hakiki | Editor: Pythag Kurniati, Ardi Priyatno Utomo, Reni Susanti)

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Baca tentang


Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau