Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Andi Pamit ke Ibunya Ingin Nonton Sepak Bola, 17 Hari Setelahnya Pulang dalam Kondisi Tak Bernyawa...

Kompas.com, 19 Oktober 2022, 06:58 WIB
Reza Kurnia Darmawan

Editor

KOMPAS.com - Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada 1 Oktober 2022 merenggut 133 nyawa. Andi Setiawan (33) menjadi korban ke-133 dalam insiden tersebut.

Warga Kelurahan Mergosono, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, Jawa Timur, itu mengembuskan napas terakhir pada Selasa (18/10/2022). Sebelumnya, Andi dirawat di rumah sakit selama 17 hari.

Andi meninggalkan dua anak. Kepergian Andi menjadi duka bagi keluarga.

Ibu Andi, Sri Siswati, mengatakan, sebelum pergi ke Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, untuk menonton laga Arema FC versus Persebaya Surabaya, Andi sempat berpamitan kepadanya.

"Andi ini sangat suka Arema. Setiap pertandingan dia selalu menonton," ujar Siti, Selasa, dikutip dari Surya Malang.

Selain itu, Andi juga berpamitan kepada anaknya.

"Andi ini anaknya dua. Dia duda. Yang perempuan ikut di sini sama dia. Yang laki-laki, ikut sama ibunya," ucapnya.

Baca juga: Andi Setiawan Meninggal Setelah 17 Hari Dirawat, Total Korban Tragedi Kanjuruhan 133 Orang

Usai berpamitan kepada ibu dan anaknya, Andi berangkat ke Stadion Kanjuruhan bersama temannya.

Namun, petaka datang usai pertandingan.

Tim dokter anestesi dan ICU Rumah Sakit Umum Daerah Saiful Anwar Malang (RSSA), dr Eko Nofiyanto, menuturkan, Andi dirawat di RSSA sejak 2 Oktober 2022.

Saat datang di RSSA, kondisi Andi belum stabil. Dia mengalami memar di bagian paru-paru, serta mengalami patah tulang iga dan patah tulang paha sebelah kanan.

Karena kondisinya belum stabil, membuat pihak rumah sakit belum bisa melakukan operasi.

Namun, takdir berkata lain.

"Saya sempat lihat kondisi anak saya di rumah sakit. Tapi keadaannya sudah gak sadar. Katanya sempat terinjak-injak sama orang banyak," ucapnya.

Baca juga: Tangisan Sri, Putranya Jadi Korban Ke-133 Tragedi Kanjuruhan, Andi Setiawan Pulang Usai 17 Hari Dirawat

Eko menjelaskan, sejak hari pertama Andi masuk ke rumah sakit, ia mendapat pengawasan penuh.

"Sejak datang hingga terakhir, pasien dirawat di ICU. Penyebab kematian ada multi-trauma yang dialami," ungkapnya, dilansir dari Antara.

Selama 16 hari dirawat di RSSA, tim dokter fokus pada trauma yang dialami korban.

"Saat pasien kita rawat, kondisinya tidak stabil. Jadi, masih belum memungkinkan untuk tindakan operasi," tuturnya.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang drg Wiyanto Wijoyo menerangkan, berdasarkan diagnosis, ada sejumlah hal yang menyebabkan korban meninggal, antara lain gagal napas tipe 2 on ventilator, infeksi paru, syok sepsis, dan penurunan kesadaran.

Ia memastikan bahwa tidak ada riwayat penyakit yang dialami Andi sebelum tragedi Kanjuruhan.

Andi Setiawan meninggal dunia pukul 13.20 WIB. Sebelumnya, pada pukul 12.57 WIB, Andi mengalami penurunan tensi.

Baca juga: Devi Ajukan Otopsi Ulang 2 Putrinya yang Tewas di Kanjuruhan: Tubuh Anak Saya Menghitam dan Mengeluarkan Busa

Halaman:


Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau