Salin Artikel

Andi Pamit ke Ibunya Ingin Nonton Sepak Bola, 17 Hari Setelahnya Pulang dalam Kondisi Tak Bernyawa...

KOMPAS.com - Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada 1 Oktober 2022 merenggut 133 nyawa. Andi Setiawan (33) menjadi korban ke-133 dalam insiden tersebut.

Warga Kelurahan Mergosono, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, Jawa Timur, itu mengembuskan napas terakhir pada Selasa (18/10/2022). Sebelumnya, Andi dirawat di rumah sakit selama 17 hari.

Andi meninggalkan dua anak. Kepergian Andi menjadi duka bagi keluarga.

Ibu Andi, Sri Siswati, mengatakan, sebelum pergi ke Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, untuk menonton laga Arema FC versus Persebaya Surabaya, Andi sempat berpamitan kepadanya.

"Andi ini sangat suka Arema. Setiap pertandingan dia selalu menonton," ujar Siti, Selasa, dikutip dari Surya Malang.

Selain itu, Andi juga berpamitan kepada anaknya.

"Andi ini anaknya dua. Dia duda. Yang perempuan ikut di sini sama dia. Yang laki-laki, ikut sama ibunya," ucapnya.

Usai berpamitan kepada ibu dan anaknya, Andi berangkat ke Stadion Kanjuruhan bersama temannya.

Namun, petaka datang usai pertandingan.

Tim dokter anestesi dan ICU Rumah Sakit Umum Daerah Saiful Anwar Malang (RSSA), dr Eko Nofiyanto, menuturkan, Andi dirawat di RSSA sejak 2 Oktober 2022.

Saat datang di RSSA, kondisi Andi belum stabil. Dia mengalami memar di bagian paru-paru, serta mengalami patah tulang iga dan patah tulang paha sebelah kanan.

Karena kondisinya belum stabil, membuat pihak rumah sakit belum bisa melakukan operasi.

Namun, takdir berkata lain.

"Saya sempat lihat kondisi anak saya di rumah sakit. Tapi keadaannya sudah gak sadar. Katanya sempat terinjak-injak sama orang banyak," ucapnya.

Eko menjelaskan, sejak hari pertama Andi masuk ke rumah sakit, ia mendapat pengawasan penuh.

"Sejak datang hingga terakhir, pasien dirawat di ICU. Penyebab kematian ada multi-trauma yang dialami," ungkapnya, dilansir dari Antara.

Selama 16 hari dirawat di RSSA, tim dokter fokus pada trauma yang dialami korban.

"Saat pasien kita rawat, kondisinya tidak stabil. Jadi, masih belum memungkinkan untuk tindakan operasi," tuturnya.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang drg Wiyanto Wijoyo menerangkan, berdasarkan diagnosis, ada sejumlah hal yang menyebabkan korban meninggal, antara lain gagal napas tipe 2 on ventilator, infeksi paru, syok sepsis, dan penurunan kesadaran.

Ia memastikan bahwa tidak ada riwayat penyakit yang dialami Andi sebelum tragedi Kanjuruhan.

Andi Setiawan meninggal dunia pukul 13.20 WIB. Sebelumnya, pada pukul 12.57 WIB, Andi mengalami penurunan tensi.

Tak hanya keluarga, duka atas kepergian Andi juga dirasakan temannya, Depi. Ia mengaku tak menyangka harus kehilangan teman lamanya tersebut.

Depi mengetahui kabar meninggalnya Andi dari rekan-rekan sesama Aremania.

"Awalnya saya tahu kalau dia dirawat di celaket (RSSA). Tapi tadi dikabari sudah gak ada. Makannya tadi langsung ke sini," jelasnya, dikutip dari Surya Malang.

Di mata Depi, Andi merupakan sosok yang baik dan ramah kepada semua orang.

"Dulu Andi ini pernah parkir sama saya. Terus informasinya saat ini juga parkir. Secara pribadi orangnya baik," terangnya.

Jenazah Andi disemayamkan di rumah duka di Jalan Kolonel Sugiono III C, Kelurahan Mergosono, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, sebelum dikebumikan.

Ketika jenazah Andi tiba, ibunda Andi, Sri, tak bisa membendung air matanya. Anak keempat dari lima bersaudara itu telah tiada.

Pada 1 Oktober lalu, Andi sempat berpamitan kepada ibunya ingin menonton bola. Akan tetapi, 17 hari setelahnya, Andi pulang dalam keadaan tak bernyawa.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Malang, Imron Hakiki | Editor: Dheri Agriesta), Antara

Sebagian artikel ini telah tayang di SuryaMalang.com dengan judul Cerita Ibu Korban Tragedi Kanjuruhan, Tak Kuasa Menahan Tangis Melihat Anaknya Pulang Tak Bernyawa

https://surabaya.kompas.com/read/2022/10/19/065800978/andi-pamit-ke-ibunya-ingin-nonton-sepak-bola-17-hari-setelahnya-pulang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke