Berkaitan hal itu, ia memahami latar belakang polisi yang akhirnya menggunakan gas air mata.
“Saya mengakui gas air mata itu akhirnya membuat panik banyak suporter yang sebenarnya tidak terlibat dalam penyerbuan ke lapangan," katanya.
Meski demikian, Ade Armondo tidak melihat hal itu sebagai cara represif pihak kepolisian apalagi melanggar HAM.
Ade Armando pun mengatakan, pangkal masalah kembali kepada perilaku sebagian suporter yang harus dididik saat menghadapi kekalahan dan kemenangan.
“Sebenarnya, pangkal masalah ada pada perilaku sebagian suporter yang beringas, jawabannya adalah mendidik suporter sepakbola Indonesia," ucapnya.
Baca juga: Disebut Jual Tiket Melebihi Kuota Stadion Kanjuruhan, Ini Kata Ketua Panpel Abdul Haris
Ade Armando mengatakan, dari peristiwa ini panitia belajar seharusnya memberikan jalan keluar yang lapang begitu pertandingan selesai.
Sementara itu, pihak kepolisian juga belajar untuk tidak menembakkan gas air mata ke tribun penonton.
Pada akhir video klarifikasi, Ade Armando turut mendoakan para korban dan mengajak masyarakat agar bersama-sama mencegah tragedi ini terulang lagi.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Nugraha Perdana | Editor : Pythag Kurniati), Tribunnews.com
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.