Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mari Bantu Nenek Hotipah dan Putriya yang Hidup Sebatang Kara di Gubuk Reyot, Tidur Beralaskan Tikar

Kompas.com - 03/05/2024, 05:26 WIB
Ach Fawaidi,
Aloysius Gonsaga AE

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Nenek renta bernama Hotipah (64) dan Putriya (70) hidup sebatang kara di sebuah gubuk reyot berukuran 7x7 meter berlantai tanah.

Selama puluhan tahun, meraka bertahan dalam keterbatasan di Desa Brakas Dajah, Desa Guluk-guluk, Kabupaten Sumenep.

Setiap malam, mereka tidur hanya beralaskan tikar. Tempat tidur mereka pun jadi satu dengan tempat memasak.

Meski kondisi keduanya memprihatinkan, dua nenek itu luput dari perhatian pemerintah setempat.

Baca juga: Kisah Hotipah dan Putriya, Dua Nenek di Sumenep yang Tinggal di Gubuk Reyot Tak Pernah Tersentuh Bansos

Nenek bersaudara itu mengaku tak pernah sekali pun menerima bantuan sosial (bansos) baik dari pemerintah daerah Kabupaten Sumenep atau pun dari pemerintah pusat.

"Sejak dulu sampai sekarang saya tidak pernah mendapatkan bantuan (sosial) dari pemerintah. Biasanya bantuan dari warga sekitar," kata Hotipah di kediamannya, Senin (22/4/2024).

Derita nenek Hotipah dan Putriya berlanjut saat hujan datang. Atap gubuk reyotnya tak sanggup menahan air hingga mengakibatkan kebocoran.

Kompas.com bekerja sama dengan Kitabisa.com meggalang dana untuk nenek Hotipah dan Putriya. Pembaca bisa memberikan bantuan dengan cara klik di sini.

Keduanya selalu dihantui rasa khawatir atas ketahanan tempat tinggal yang mereka tempati.

Gubuk reyot berukuran 7x7 meter juga tak sempurna. Penyangga hingga dinding yang terbuat dari bambu terlihat bolong dan rapuh.

"Kalau angin kencang selalu khawatir takut roboh," kata dia.

Kendati hidup dalam keterbatasan, keduanya tetap menunjukkan ketabahan yang luar biasa. Keduanya tetap berusaha bekerja semampunya untuk bisa bertahan hidup.

Mereka berdua harus mengandalkan bekerja sebagai buruh tani, yang upahnya sangat minim.

Bahkan, biasanya mereka hanya mendapatkannya jika ada warga yang membutuhkan bantuan di ladang.

Baca juga: Mama Maria Mamu Teteskan Air Mata dan Ucapkan Terima Kasih Saat Terima Donasi Pembaca Kompas.com

"Kalau ada tentangga minta tolong agar sawahnya dibabat atau bantu memanen padi, saya bantu. Biasanya langsung dikasih upah," tuturnya.

Hotipah mengaku, ia hanya hidup berdua dengan Putriya. Anggota keluarga yang lain sudah meninggal dunia dan beberapa lagi memilih merantau ke luar daerah.

Mereka mengaku sudah lama tak saling bertukar kabar.

"Semoga pemerintah masih peduli dengan nasib orang-orang seperti kita," pungkasnya.

Kompas.com bekerja sama dengan Kitabisa.com meggalang dana untuk nenek Hotipah dan Putriya. Pembaca bisa memberikan bantuan dengan cara klik di sini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

ASN Dinkes Tulungagung Ditangkap Saat Pesta Ekstasi di Tempat Karaoke Surabaya

ASN Dinkes Tulungagung Ditangkap Saat Pesta Ekstasi di Tempat Karaoke Surabaya

Surabaya
Kisah Nenek 100 Tahun Tukang Pijat Naik Haji, Menabung di Kresek Rp 20.000 Setiap Hari

Kisah Nenek 100 Tahun Tukang Pijat Naik Haji, Menabung di Kresek Rp 20.000 Setiap Hari

Surabaya
Polrestabes Surabaya Musnahkan 40 Kilogram Sabu dan 26.000 Pil Ekstasi Senilai Rp 66 Miliar

Polrestabes Surabaya Musnahkan 40 Kilogram Sabu dan 26.000 Pil Ekstasi Senilai Rp 66 Miliar

Surabaya
Wartawan di Lumajang Melakban Mulut Tolak RUU Penyiaran

Wartawan di Lumajang Melakban Mulut Tolak RUU Penyiaran

Surabaya
Demokrat Usung Trihandy Cahyo Saputro Jadi Cabup pada Pilkada Nganjuk 2024

Demokrat Usung Trihandy Cahyo Saputro Jadi Cabup pada Pilkada Nganjuk 2024

Surabaya
Kasus Testis Hilang, Pria di Pasuruan Tegaskan Hanya Ada Persetujuan Operasi Laser Prostat

Kasus Testis Hilang, Pria di Pasuruan Tegaskan Hanya Ada Persetujuan Operasi Laser Prostat

Surabaya
Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Jumat 17 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah

Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Jumat 17 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah

Surabaya
Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Jumat 17 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Jumat 17 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Surabaya
Menjelang Pilkada 2024, KPU Situbondo Pangkas Jumlah TPS 50 Persen

Menjelang Pilkada 2024, KPU Situbondo Pangkas Jumlah TPS 50 Persen

Surabaya
Sambut Program Makan Siang Gratis, 10.000 Hektar Lahan Kering Disulap Jadi Kawasan Terpadu Hortikultura

Sambut Program Makan Siang Gratis, 10.000 Hektar Lahan Kering Disulap Jadi Kawasan Terpadu Hortikultura

Surabaya
Dua Pejabat di DPRD Madiun Diperiksa terkait Kasus Korupsi Dana Aspirasi Rp 1,5 Miliar

Dua Pejabat di DPRD Madiun Diperiksa terkait Kasus Korupsi Dana Aspirasi Rp 1,5 Miliar

Surabaya
Pria di Pasuruan Protes Kehilangan 2 Testis Usai Operasi Prostat, RS Klaim Sesuai Prosedur

Pria di Pasuruan Protes Kehilangan 2 Testis Usai Operasi Prostat, RS Klaim Sesuai Prosedur

Surabaya
Satu Pasangan Jalur Independen Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Malang Tak Lolos Verifikasi

Satu Pasangan Jalur Independen Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Malang Tak Lolos Verifikasi

Surabaya
Kisah Wanita Kuli Panggul di Pasar Surabaya Bisa Berangkat Haji

Kisah Wanita Kuli Panggul di Pasar Surabaya Bisa Berangkat Haji

Surabaya
Wali Kota Eri Cahyadi Kembali Tegaskan Larangan Sekolah di Surabaya Study Tour ke Luar Daerah

Wali Kota Eri Cahyadi Kembali Tegaskan Larangan Sekolah di Surabaya Study Tour ke Luar Daerah

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com