Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kawanan Monyet Liar Rusak Rumah Warga di Kediri, BKSDA: Diduga Monyet Ekor Panjang

Kompas.com - 06/10/2022, 21:14 WIB
M Agus Fauzul Hakim,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

KEDIRI, KOMPAS.com - Selain merusak tanaman, kawanan monyet liar yang masuk ke permukiman Kelurahan Sukorame, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur, merusak rumah warga.

Salah seorang warga, Hari Tri Wasono mengatakan, kawanan monyet tersebut membuat genteng atap rumahnya rusak dan berjatuhan.

"Genteng pada dirusaki," ujar Hari Tri Wasono kepada Kompas.com, Kamis (6/10/2022).

Kebetulan, kawasan rumahnya yang paling sering disatroni kawanan monyet tersebut. Kadang mereka di pekarangan belakang rumah, tetapi sering juga beraktivitas di atap rumahnya.

Keberadaan kawanan itu sendiri sudah berlangsung sebulan ini. Mereka makan hasil kebun warga semisal pisang maupun mangga.

Hari menduga kedatangan kawanan monyet itu ke lingkungannya karena faktor ketersediaan makanan tersebut.

Namun, keberadaan monyet tersebut sudah semakin meresahkan. Sehingga warga meminta bantuan beberapa pihak semisal unit Damkar hingga Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) untuk penanganan.

Petugas dari BKSDA sudah terjun ke lokasi dan memasang kandang jebak untuk menangkapnya. Hanya saja, metode kandang jebak itu belum menampakkan hasil hingga Kamis (6/10/2022) petang.

Baca juga: Kawanan Monyet Liar Resahkan Warga Sukorame Kota Kediri

Kepala Resor Konservasi BKSDA Kediri David Fathurrohman mengatakan, dari observasi awal, kawanan itu merupakan monyet ekor panjang.

"Dugaan awal MEP (monyet ekor panjang)," ujar David.

David menambahkan, monyet ekor panjang tak termasuk jenis hewan dilindungi. Monyet itu bisa ditangani seperti hewan pada umumnya.

Hanya saja, kata dia, karena sifat liarnya itu sehingga tetap perlu dijauhkan dari lingkungan masyarakat.

BKSDA belum menegetahui asal usul monyet tersebut karena butuh observasi lebih lanjut.

Namun dugaan awal, kata David, monyet tersebut bukan hewan peliharaan yang lepas. Itu didasari atas jumlahnya yang lebih dari satu.

"Sebab kalau bukan anggota kelompok, pasti sudah bertengkar," ungkapnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com