Keberadaan petugas di tribune dan blok untuk mengawasi situasi dan kondisi penonton saat konser berlangsung.
“Jadi setiap blok dan tribune ada pengawasnya. Jadi ketika ada instruksi mereka tahu untuk langkah yang harus dilakukan,” jelas Maidi.
Bahkan Pemkot Madiun sudah menyiapkan mobil damkar dan mesin genset dengan kapasitas besar bila tiba-tiba lampu padam.
Baca juga: Kasus Dugaan Korupsi Pembangunan 5 RTH di Madiun, Eks Plt Kadis LH Diperiksa
Maidi mengatakan keputusan pembatasan penonton di Stadion Willis sudah disampaikan ke promotor kemarin.
Sebenarnya, promotor mengajukan 20.000 penonton sesuai kapasitas Stadion Wilis.
“Kemarin dari promotor mengajukan maunya 20.000 penonton. Tetapi kalau 20.000 terus terjadi crowded? Untuk itu kami sampaikan karena kami ingin menampilkan hiburan dengan penonton datang senang dan pulang harus senang,” tutur Maidi.
Baca juga: Dugaan Korupsi Pupuk Bersubsidi di Madiun, Tim Auditor Hitung Kerugian Negara
Maidi mengakui pembatasan jumlah penonton konser tentu akan berdampak pada pendapatan yang masuk ke Pemkot Madiun.
Namun mantan Sekda Kota Madiun memilih melakukan pembatasan untuk menghindari risiko seperti dalam tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang yang menelan ratusan korban jiwa.
Dengan jumlah penonton maksimal 10.000 orang maka pendapatan yang diperoleh Pemkot Madiun hanya Rp 200 juta hingga Rp 300 juta. Sementara bila kapasitas Stadion Wilis dioptimalkan maka pendapatan yang masuk ke Pemkot Madiun bisa mencapai Rp 500 juta.
“Potensi pendapatan kalau dibatasi pemkot itu bisa mencapai 200 juta rupiah. Namun kalau kapasitas dilos bisa Rp 500 juta. Tetapi saya tidak ingin itu karena saya tidak ingin berisiko (seperti kasus Kanjuruhan Malang),” demikian Maidi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.