Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tragedi Stadion Kanjuruhan, Kisah Pilu "Kuburan Massal" di Pintu 13 dan 14

Kompas.com - 05/10/2022, 06:26 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Di telinga Dadang Indarto (40) warga Kelurahan Tembalangan Kota Malang, Jawa Timur, suara minta tolong selalu terngiang.

Suara itu berasal dari para korban tragedi di Stadion Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022, salah satu insiden stadion paling mematikan di dunia dalam beberapa dekade terakhir.

Setidaknya 125 orang meninggal, lebih 320 lainnya luka-luka.

"Terdengar jeritan, tolong, tolong. Pandangan mata saya seolah-olah korban di depan mata. Baru semalam bisa tidur," kata Dadang kepada wartawan di Malang, Eko Widianto, yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Baca juga: 33 Anak Meninggal Saat Tragedi Kanjuruhan, Ada yang Usia 4 Tahun

Pria yang berstatus sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemerintah Kota Batu ini menuturkan kisah horor dimulai tiga menit usai peluit panjang wasit, tanda pertandingan usai.

Ia bergegas keluar tribun, keluar melalui Pintu 13. "Pintu ditutup, saya balik ke tribun," kata dia.

Tiba-tiba terdengar tembakan gas air mata. Tembakan gas air mata kedua diarahkan polisi ke tribun penonton. Sedangkan tembakan ketiga mengenai tribun tempat Dadang berdiri.

"Saya tengkurap. Menutupi wajah dengan kaos. Baru pertama kali rasakan gas air mata yang menyengat," katanya.

Napas mulai sesak dan kulit terasa perih. Lantas ia melompat pagar tribun menuju Pintu 14. Ternyata, ia menemukan banyak penonton bergeletakan.

Baca juga: Sederet Aksi Solidaritas dan Doa Bagi Korban Tregedi Kanjuruhan Malang

Temannya, Dona, turut tergeletak. Dia sudah tak bernyawa.

"Kepala bocor, dia meninggal. Saya gendong ke tempat yang aman," katanya.

Lantas ia mencari bantuan polisi, namun tak ada satupun aparat yang membantu korban.

Kemudian ia berusaha menolong sejumlah penonton yang tergeletak. Para korban dibawa ke ruangan di dalam dekat tribun VIP.

Ternyata di dalam, puluhan jasad suporter berjejer dekat musala.

Saat sedang menolong korban, ia menerima telepon dari kakaknya. Ia mendapat kabar bahwa keponakannya bernama Vera Puspita Ayu, 20 tahun, meninggal.

Baca juga: Kisah Aremanita yang Tewas dalam Tragedi Kanjuruhan, Saat Jenazah Dimandikan Keluar Air dari Mata dan Hidung

Dadang tak menyangka, saat membantu orang lain ternyata keponakannya tengah berjuang melawan maut. Vera berdesakan di antara penonton di Stadion Kanjuruhan.

"Meninggal saat perjalanan ke rumah sakit," katanya.

Wajah almarhumah Vera terlihat menghitam, diduga akibat terpapar gas air mata. Kesedihan tak bisa disembunyikan dari wajah Dadang, ia terpukul karena keponakannya meninggal saat menonton sepak bola.

Keluarga Vera mengembalikan santunan Rp5 juta dari manajemen Arema FC. Mereka berpendapat uang santunan tidak bisa menebus nyawa Vera.

Dadang meminta agar kerusuhan diusut tuntas dan pelaku yang memerintahkan penembakan gas air mata dihukum berat.

Baca juga: Kisah Aremanita yang Tewas dalam Tragedi Kanjuruhan, Saat Jenazah Dimandikan Keluar Air dari Mata dan Hidung

 

Semua pintu keluar ditutup, kecuali pintu 14

Ratusan pencinta sepakbola di Kendari mengelar doa bersama untuk korban tragedi Kanjuruhan Malang di tugu persatuan Kendari, Selasa (4/10/2022). (KIKI ANDI PATI/KOMPAS.com)KOMPAS.COM/KIKI ANDI PATI Ratusan pencinta sepakbola di Kendari mengelar doa bersama untuk korban tragedi Kanjuruhan Malang di tugu persatuan Kendari, Selasa (4/10/2022). (KIKI ANDI PATI/KOMPAS.com)
Kisah yang sama disampaikan Eko Prianto (39) warga Dau, Kabupaten Malang.

Ia menangis saat mulai menceritakan kerusuhan di Stadion Kanjuruhan. Sambil terisak, ia mengisahkan puluhan penonton bergelimpangan di Pintu 13.

"Pintu 13, seperti kuburan massal. Banyak anak kecil, korban kebanyakan perempuan. Saya tak kuat," ujarnya dengan suara tercekat.

Belakangan terungkap bahwa puluhan anak kehilangan nyawa di stadion tersebut.

Pejabat Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Nahar, mengungkap sedikitnya 32 anak kehilangan nyawa dalam Tragedi Stadion Kanjuruhan.

Baca juga: Polri Klaim Tak ada Penangkapan Pengunggah Video Tragedi Kanjuruhan

"Dari 125 orang yang tewas dalam kecelakaan itu, 32 di antara mereka adalah anak-anak. Yang termuda adalah balita berusia tiga atau empat tahun," kata Nahar kepada BBC News Indonesia.

Saat pertandingan berlangsung, Eko Prianto mengaku memilih berada di luar stadion. Meski ia memiliki tiket masuk, dia memilih bersama salah seorang temannya duduk di pelataran luar stadion.

Banyak aparat berjaga, sebagian duduk minum kopi di warung di luar stadion.

Beberapa saat setelah peluit tanda akhir pertandingan, ia mendengarkan suara tembakan sebanyak lima kali. Di Pintu 10, ia mendengar suara jeritan dan gedoran pintu. Ia bergegas menuju Pintu 10.

Di sana para penonton terlihat membuka paksa pintu dan dia menemukan puluhan orang lemas dan pingsan.

"Saya berusaha menolong, membopong korban. Ternyata jumlah korban semakin banyak,' katanya.

Baca juga: Kumpulkan Rp 447 Juta untuk Korban Tragedi Kanjuruhan, Ini Harapan ARMY Indonesia

Suporter dari berbagai kelompok berkumpul di Mandala Krida doakan korban tragedi Kanjuruhan, Malang, Selasa (4/10/2022)KOMPAS.COM/WISANG SETO PANGARIBOWO Suporter dari berbagai kelompok berkumpul di Mandala Krida doakan korban tragedi Kanjuruhan, Malang, Selasa (4/10/2022)
Eko tiba-tiba teringat banyak saudara dan tetangganya yang menonton di Pintu 13.

Di Pintu 13, sebagian penonton berusaha menjebol "angin-angin" alias ventilasi pada tembok di samping pintu. Mereka berusaha keluar dan berdesak-desakan.

Ia berusaha membuka pintu yang terbuat dari besi, namun gagal. Eko berlari menemui aparat Kepolisian dan TNI yang berjaga untuk meminta bantuan membuka pintu. Dia juga meminta bantuan petugas medis. Namun upayanya itu sia-sia.

"Tidak dibantu, saya malah nyaris dipukul aparat," ujarnya. Ia lantas masuk lewat pintu utama dan meminta bantuan petugas dan panitia untuk membantu evakuasi di Pintu 13.

Akhirnya, ia bisa membantu evakuasi korban dari dalam. Sejumlah penonton yang tergeletak diangkat ke dalam ruangan.

Baca juga: Hasil Sidang Komdis PSSI soal Tragedi Kanjuruhan: Denda Rp 250 Juta hingga Sanksi Seumur Hidup

"Semua pintu keluar tertutup, kecuali Pintu 14," katanya. Ia menanyakan mengapa pintu keluar ditutup. Padahal setiap pertandingan, 15 menit sebelum pertandingan selesai, pintu keluar dibuka.

Mengenai pintu keluar yang tertutup, juru bicara Arema FC, Sudarmaji, enggan berkomentar panjang. Ia menyerahkan semua pada penyelidikan dan investigasi yang dilakukan polisi.

"Soal pintu ditutup atau dibuka kami serahkan kepada tim investigasi," kata Sudarmaji. Ia juga membantah jumlah penonton yang melebihi kuota atau kapasitas stadion.

Alasannya, tiket yang diedarkan sesuai kapasitas penonton.

Sebelumnya Menko Polhukam, Mahfud MD, mengungkap tiket yang dijual 42.000 sementara kapasitas stadion adalah 38.000.

Baca juga: Kompolnas Duga Bukan Kapolres Malang yang Beri Perintah Polisi Tembakkan Gas Air Mata di Stadion Kanjuruhan

Presiden Arema FC Gilang Widya Pramana saat menjawab pertanyaan media terkait kerusuhan seusai pertandingan pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, Minggu (2/10/2022) malam. KOMPAS.com/SUCI RAHAYU Presiden Arema FC Gilang Widya Pramana saat menjawab pertanyaan media terkait kerusuhan seusai pertandingan pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, Minggu (2/10/2022) malam.
Presiden Klub Arema FC, Gilang Widya Pramana, menyampaikan permohonan maaf kepada keluarga korban atas kejadian tersebut. Ia mengaku tidak menyangka akan terjadi insiden kerusuhan yang menyebabkan 125 meninggal.

"Syok, sedih dan menyesalkan kejadian ini. Banyak korban. Saya siap bertanggung jawab, kami berikan santunan meski tidak bisa mengembalikan nyawa," katanya.

Gilang menyampaikan siap menerima sanksi Komisi Disiplin PSSI yang menjatuhkan sanksi larangan bermain selama semusim.

Manajemen Arema juga mengatakan akan kooperatif dengan investigasi tim pencari fakta independen yang mengusut tuntas insiden ini.

---

Wartawan di Malang, Eko Widianto, berkontribusi dalam artikel ini untuk BBC News Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Upaya Gadis asal Gresik Perjuangkan Indonesia dan ASEAN Bebas Sampah Plastik

Upaya Gadis asal Gresik Perjuangkan Indonesia dan ASEAN Bebas Sampah Plastik

Surabaya
Pengakuan Adik Via Vallen soal Penggelapan Sepeda Motor

Pengakuan Adik Via Vallen soal Penggelapan Sepeda Motor

Surabaya
Remaja di Tuban Gemar Lecehkan Payudara di Jalanan untuk Fantasi Seks

Remaja di Tuban Gemar Lecehkan Payudara di Jalanan untuk Fantasi Seks

Surabaya
Perempuan di Surabaya Tertabrak Kereta Usai Kunjungi Tetangga

Perempuan di Surabaya Tertabrak Kereta Usai Kunjungi Tetangga

Surabaya
Teten Masduki Dorong PLUT di Seluruh Indonesia Lebih Produktif

Teten Masduki Dorong PLUT di Seluruh Indonesia Lebih Produktif

Surabaya
Sepeda Motor Korban Tawuran hingga Tewas di Surabaya Hilang

Sepeda Motor Korban Tawuran hingga Tewas di Surabaya Hilang

Surabaya
Kecelakaan Lalu Lintas, Pengendara Motor di Bojonegoro Tewas Tertimpa Truk Boks

Kecelakaan Lalu Lintas, Pengendara Motor di Bojonegoro Tewas Tertimpa Truk Boks

Surabaya
Pengusaha Warung Madura Protes Imbauan Kemenkop-UKM soal Jam Operasional: Jangan Matikan Usaha Kami

Pengusaha Warung Madura Protes Imbauan Kemenkop-UKM soal Jam Operasional: Jangan Matikan Usaha Kami

Surabaya
Aksi Pengeroyokan Terjadi di Kota Malang, Motifnya Tak Jelas

Aksi Pengeroyokan Terjadi di Kota Malang, Motifnya Tak Jelas

Surabaya
Nenek di Bojonegoro Ditemukan Meninggal, Anjing Peliharaannya Setia Menjaga

Nenek di Bojonegoro Ditemukan Meninggal, Anjing Peliharaannya Setia Menjaga

Surabaya
Polemik Imbauan Jam Operasional Warung Madura, Sosiolog Universitas Trunojoyo: Tidak Adil

Polemik Imbauan Jam Operasional Warung Madura, Sosiolog Universitas Trunojoyo: Tidak Adil

Surabaya
Mahasiswa di Kota Malang Curi Laptop dan HP Milik Teman Kontrakannya

Mahasiswa di Kota Malang Curi Laptop dan HP Milik Teman Kontrakannya

Surabaya
Gembiranya Warga Tulungagung Usai Timnas Menang dari Korsel, Ceburkan Diri ke Kolam

Gembiranya Warga Tulungagung Usai Timnas Menang dari Korsel, Ceburkan Diri ke Kolam

Surabaya
Cerita Penghulu di Lumajang Seberangi Banjir Lahar Semeru demi Nikahkan Warga: Saya Doa Terus

Cerita Penghulu di Lumajang Seberangi Banjir Lahar Semeru demi Nikahkan Warga: Saya Doa Terus

Surabaya
Cekcok Urusan Cucu dan Arisan, Kakek 64 Tahun di Tuban Bunuh Istrinya lalu Coba Akhiri Hidup

Cekcok Urusan Cucu dan Arisan, Kakek 64 Tahun di Tuban Bunuh Istrinya lalu Coba Akhiri Hidup

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com