Kekalahan Arema FC di kandang sendiri memicu reaksi keras penonton dan memancing beberapa suporter untuk nekat turun ke lapangan.
Pihak keamanan yang mengambil langkah antisipatif kemudian merespons dengan gas air mata untuk mengurai massa.
Hal ini justru membuat situasi di dalam Stadion Kanjuruhan menjadi semakin tidak terkendali sehingga timbul kepanikan massa dari penonton yang berdesakan ingin keluar dari Stadion Kanjuruhan.
Tragedi Kanjuruhan menelan ratusan korban jiwa baik meninggal dan luka-luka karena sesak nafas, benturan, dan patah tulang karena berdesakan dan terinjak-injak.
Menurut laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Malang yang merilis data lengkap korban tragedi kerusuhan Stadion Kanjuruhan, pada Sabtu (2/10/2022) diketahui bahwa jumlah korban meninggal sebanyak 125 jiwa.
Hal ini membuat Tragedi Kanjuruhan disebut menjadi tragedi kerusuhan yang paling mematikan dalam sejarah sepak bola di Indonesia.
Tragedi Kanjuruhan bahkan jadi sorotan media internasional karena menjadi tragedi kerusuhan di stadion sepak bola yang menelan korban jiwa terbesar kedua di dunia setelah tragedi di Estadio Nacional, Lima, Peru pada 24 Mei 1964.
Sumber:
malangkab.go.id
dispora.malangkab.go.id
tribunnewswiki.com
sultra.antaranews.com
kompas.com
regional.kompas.com