Secara bertahap, satu persatu wahana permainan mulai didatangkan untuk mengisi lokasi wisata tersebut. Hingga kini, total terdapat 37 wahana.
Sejak saat itu pula, Gronjong Wariti mulai membbuka kunjungan untuk umum dan langsung mencuri perhatian publik lantaran tak ada pungutan tiket masuk.
Harga sewa wahana pun cukup terjangkau, kisaran Rp 5.000 sampai Rp 10.000, serta standarisasi harga jual makanan di warung-warung.
Para petugas di lokasi itu juga dilatih untuk beramah-tamah pada pengunjung.
"Kami juga mengisi kegiatan yang disesuaikan dengan tema-tema tertentu, misal pas grebeg suro, atau pas hari kemerdekaan. Pokoknya banyak acara internal tapi bisa bikin pengunjung terhibur," lanjut Awik, yang berprofesi sebagai guru olahraga di suatu SMP ini.
Baca juga: Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta Api Saat Menyeberang Rel di Kediri
Awik menambahkan, nama Gronjong Wariti tidak diambil secara asal-asalan.
Nama gronjong merujuk pada nama sungai itu sendiri. Adapun Wariti menurut Awik dari sebuah legenda atau cerita pewayangan Kangsa Adu Jago.
Cerita itu di mana Adipati Kangsa yang tiap kali mati akibat pertarungan, bisa kembali hidup usai dimandikan di sendang Wariti.
"Juga sebagaimana dalam bahasa sansekerta, Wariti yang berarti penghidupan. Sehingga harapannya air yang bisa membawa penghidupan bagi masyarakat sekitarnya," ujarnya.
Baca juga: Bocah Kelas 3 SD Asal Kediri Tewas Tenggelam Saat Bermain di Sungai
Menurut bapak empat anak ini, setidaknya ada lebih dari 25 persen total jumlah warga Desa Mejono terlibat dalam pengelolaan kawasan wisata itu.
Pelibatan mereka juga bukan sekadar pekerja yang mencari upah di tempat itu saja. Melainkan juga sebagai pemilik dari fasilitas yang ada di tempat wisata itu sendiri.
Wisata besar skala desa itu milik masyarakat bersama, bukan dari pemodal pribadi.
Awik menuturkan, awal-awal pendirian, mereka memang tidak mempunyai modal uang sama sekali. Sehingga dari situ timbul gagasan permodalan dengan sistem investasi.
Awik dan Ndarik membuka peluang masyarakat sekitar menanam modal untuk mengelolanya. Caranya dengan berpatungan sesuai kemampuan.
Misalnya sebuah wahana bianglala yang harganya mencapai ratusan juta, dibeli dari hasil patungan beberapa warga.
Baca juga: Kecelakaan KA Vs Daihatsu Sigra di Kediri, Masinis Sempat Bunyikan Bel Lokomotif