Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penuturan Wisatawan yang Dikeroyok OTK di Pulau Merah Banyuwangi: Anak Saya Trauma sampai Tak Mau Naik Mobil

Kompas.com, 23 September 2022, 17:37 WIB
Rizki Alfian Restiawan,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Wisatawan pantai Pulau Merah Banyuwangi menceritakan detik-detik dirinya dikeroyok oleh belasan orang tak dikenal.

Tak hanya dikeroyok, orang-orang tersebut juga merampas barang-barang berharga milik korban.

Wisatawan asal Kecamatan Ledokombo, Jember bernama Dimas Febri Listiyanto (28) tersebut mengungkapkan, rombongannya datang dengan dua mobil ke pantai Pulau Merah Banyuwangi, Minggu (18/9/2022) pukul 03.00 WIB.

Baca juga: Takmir Masjid di Banyuwangi Dilaporkan ke Polisi, Diduga Selewengkan Dana Hibah Rp 18 Miliar

Dikeroyok

Rombongan kemudian menuju ke area parkir di pantai Pulau Merah.

Tiba-tiba, rombongan mereka dihampiri oleh belasan orang tidak dikenal dan langsung berbuat kasar.

"Setelah itu didatangi dan dikeroyok," ucap Dimas, Jumat (23/9/2022).

Baca juga: Rumah di Banyuwangi Ludes Terbakar gara-gara Penghuni Main Korek Api

Dimas menyebutkan, mulanya dia yang dikeroyok terlebih dahulu. Sang istri yang melihat suaminya dikeroyok, langsung berteriak minta tolong.

Tak lama setelah itu, salah satu teman korban bernama Abdul Muksi (27) datang dan berniat melerai keributan. Namun justru dirinya ikutan menjadi korban pengeroyokan.

"Awalnya saya sendiri yang dikeroyok. Terus lihat saya dipukuli, istri saya teriak-teriak ke teman saya, niat bantuin juga dikeroyok," terang Dimas.

Dimas membantah kabar yang menyebutkan bahwa saat itu dirinya dalam kondisi mabuk.


Trauma

Tak hanya itu, belasan orang tidak dikenal itu juga merampas barang berharga milik korban.

Yaitu satu unit telepon genggam dan uang tunai sekitar Rp 1,8 juta.

Akibat perbuatannya, rombongan wisatawan asal Kecamatan Ledokombo, Jember tersebut mengalami trauma.

"Kalau masalah trauma jelas trauma, apalagi anak saya. Anak saya sampai tidak mau naik mobil, tidak mau diajak ke mana-mana," ungkap Dimas.

Baca juga: Polisi Selidiki Kasus Pengeroyokan Wisatawan di Pulau Merah Banyuwangi

Wisatawan asal Jember tersebut juga menyayangkan soal tingkat keamanan wisata Banyuwangi yang lemah, padahal sudah dikenal oleh masyarakat.

"Biasanya di tempat wisata itu kan 24 jam mesti ada penjagaan, tapi kenapa kemarin tidak ada penjaganya, tidak ada keamanan. Jadi trauma akibatnya yang mau ke Pulau Merah," ungkap Dimas.

Kepala Disbudpar Banyuwangi, MY Bramuda mengatakan wisatawan yang berkunjung ke Banyuwangi hendaknya mengetahui waktu operasional destinasi wisata.

Baca juga: Kantor Bupati dan DPRD Banyuwangi Rusak Usai Demo Kenaikan Harga BBM, 4 Mahasiswa Diperiksa

"Sebaiknya wisatawan mengikuti jam buka tutup dan apabila terjadi ketidaknyamanan agar menyampaikan keluhan ke Pokdarwis setempat dan Disbudpar," kata Bramuda, Selasa (20/9/2022).

Keterangan dari pihak pengelola, wisata Pulau Merah Banyuwangi dibuka pukul 07.00 WIB dan ditutup sekitar pukul 18.00 WIB.

Sedangkan peristiwa dugaan pengeroyokan dan perampasan barang milik dua warga Jember itu terjadi sekitar pukul 03.00 WIB atau di luar jam operasional.

Meski begitu, Bramuda meminta kepada seluruh kelompok sadar wisata (Pokdarwis) di Banyuwangi untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pengunjung.

"Kepada teman-teman Pokdarwis tetap memberikan layanan kepada wisatawan dengan Sapta Pesonanya," ungkap Bramuda.

Dijelaskan, dari hasil kroscek ke pengelola wisata Pulau Merah, saat itu ada tiga rombongan mobil yang datang sekitar pukul 02.00 WIB dini hari.

Baca juga: Anak Berusia 15 Tahun di Banyuwangi Diperkosa Pacar Ibunya hingga Hamil

Dan dua warga asal Jember itu awalnya masuk ke tempat wisata diduga dalam keadaan mabuk.

Informasi yang beredar, masih menurut Bramuda, salah satu dari mereka sedang ada masalah rumah tangga dengan sang istri.

"Sehingga diingatkan, namun malah marah dan melakukan perlawanan kepada kelompok yang mengaku anak PM (Pulau Merah)," ujar Bramuda.

Kasat Reskrim Polresta Banyuwangi, Kompol Agus Sobarna Praja membenarkan adanya insiden tersebut.

"Kami sudah menerima laporan tersebut," ujar Kompol Agus.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau