Selain menjadi ibu rumah tangga dan menjaga anak-anaknya, Ummi juga menjadi guru TK dari anak-anak penghuni rusun tersebut. Dalam sebulan, ia mendapatkan gaji Rp 30.000 dari satu anak murid TK yang belajar di tempat tersebut. Jumlah murid TK di tempat tersebut sebanyak 20 orang.
Ummi menuturkan, suaminya awalnya menjadi pekerja di industri kelapa. Suaminya dibayar mengupas serabut kelapa Rp 200 per buah. Namun, sudah satu tahun ini, suaminya menekuni usaha burung perkutut yang dijual hingga ke Bangkok, Thailand.
“Sekarang suami saya mulai nerusin hobi burung perkutut itu jadi usahanya, awalanya kerja kelapa. Satu kelapa dihargai Rp 200, kalau yang ibu-ibu ngupas kulit dalemnya, itu per kilogramnya Rp 400,” kata Ummi.
Burung perkutut tersebut mulanya dari empat ekor, kini menjadi 100 ekor dan menjadi usaha utamanya untuk menghidupi anak-anaknya.
Baca juga: Opsi Pengungsi Syiah Sampang saat Pemungutan Suara Pilkada Serentak
Diakui Ummi, keluarganya menerima bantuan uang dari pemerintah sebesar Rp 709.000 per kepala yang diterima perbulan. Kendati demikian, bantuan tersebut masih terbilang belum cukup mengingat tinggal di perkotaan banyak kebutuhan.
Selain itu, anaknya kebanyakan sekolah di tempat swasta. Akses untuk masuk sekolah negeri terbatas karena masih berdomisili Sampang.
Baca juga: Rayakan Maulud, Warga Syiah Sampang di Pengungsian Berharap Bisa Pulang
“Dari pemerintah juga ada Rp 709.000 tiap bulan per kepala, banyak membantu sih. Apalagi, anak-anak di sini banyak sekolahnya di swasta, jadi biayanya lebih mahal,” kata Ummi.
Bagi Ummi, pendidikan sangatlah berarti bagi anak-anaknya, meskipun dengan kondisi keterbatasan penghasilan dan tempat tinggal.
Dirinya bersama suami sebisa mungkin menyekolahkan anaknya, bahkan saat ini satu anaknya telah menyelesaikan kuliah. Satu anaknya lagi masih mengenyam pendidikan kuliah jurusan tafsir di Surabaya, dan anak lainnya masih duduk di jenjang pendidikan sekolah SD, SMP dan SMA.
Meski mempunyai usaha perkutut dan mendapatkan bantuan dari pemerintah, Ummi berharap bisa kembali ke kampung halamannya. Menurutnya, di kampung halaman, dapat memiliki tempat tinggal yang nyaman dan melakukan aktivitas berkebun maupun bertani.
“Minta kejelasan pulang, istilahnya di sini kita kan numpang, kalau di kampug kan punya lahan, bisa garap kebun, kalau di sini semua kan serba beli, kalau uang segitu secara hitungan sebenarnya tidak memenuhi,” harap Ummi.