Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Imbas Kenaikan Harga BBM, Sejumlah Nelayan di Sumenep Tak Melaut

Kompas.com - 06/09/2022, 12:58 WIB
Ach Fawaidi,
Andi Hartik

Tim Redaksi

SUMENEP, KOMPAS.com - Sejumlah nelayan di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, memilih tak melaut usai pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Alasannya, biaya operasional untuk melaut membengkak, sementara hasil tangkapan tidak pasti.

"Hasil tangkapan (ikan) saja sedikit dan tidak pasti. Terus sekarang harga solar juga ikutan naik, makanya sementara saya memilih untuk tidak melaut," kata Kasim, seorang nelayan di Desa Pakamban Laok, Kecamatan Pragaan, Kabupaten Sumenep, kepada Kompas.com, Selasa (6/9/2022).

Baca juga: Kerja Sama Bisnis Merugi, Pria di Sumenep Diduga Diculik dan Dianiaya Mitra

Kasim menjelaskan, sebelum adanya kenaikan harga solar subsidi, ia sudah harus mengeluarkan uang Rp 120.000 untuk membeli sekitar 20 liter solar dengan harga Rp 6.000 per liter.

Dengan adanya kenaikan harga BBM, termasuk solar, Kasim memastikan biaya untuk sekali melaut dari pukul 05.00-12.00 WIB akan membengkak banyak.

Kondisi ini dipersulit dengan hasil tangkapan ikan yang tidak menentu. Rata-rata, dari hasil tangkapan ikan, dia hanya mendapat Rp 100.000 - Rp 150.000 dengan menggunakan perahu kecil.

"Jadi sejak solar naik, biaya yang harus dikeluarkan untuk melaut bisa lebih besar daripada pendapatan hasil tangkapan ikan," kata dia.

Baca juga: Stok Melimpah, Pedagang Bawang di Sikka Kesulitan Naikkan Harga meski Biaya Operasional Naik

Pasrah di situasi sulit

Kasim mengaku, ia bersama nelayan lainnya hanya bisa pasrah di tengah situasi sulit tersebut.

"Kalau saya pasrah saja lah. Tapi kalau boleh berharap, semoga ada kebijakan yang bisa memperhatikan nasib (nelayan) seperti kami," pungkasnya.

Selain Kasim, Qodir juga berhenti melaut. Nelayan asal Kecamatan Saronggi tersebut memilih tak melaut usai harga solar subsidi naik.

"Sebelum (solar) naik, hasil (pendapatan) dari melaut saja sudah sedikit, apalagi sudah mengalami kenaikan seperti sekarang," kata dia.

Ilustrasi nelayancanva.com Ilustrasi nelayan
Sama seperti Kasim, ia pun juga berharap pemerintah bisa mengeluarkan kebijakan baru di tengah situasi sulit yang dialami nelayan. Salah satunya, adanya harga khusus solar bagi nelayan.

"Kalau bisa ada harga solar khusus nelayan, ya. Kalau situasi seperti sekarang ini, (ekonomi) kami semakin sulit," pungkasnya.

Seperti diketahui, pemerintah menaikkan harga BBM subsidi dan nonsubsidi sejak Sabtu (3/9/2022).

BBM jenis Pertalite naik menjadi Rp 10.000 per liter dari sebelumnya Rp 7.650 per liter, Solar naik menjadi Rp 6.800 dari Rp 5.150 per liter, dan Pertamax naik dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter.

Talitha Yumnaa Kelompok buruh berencana untuk melaksanakan aksi unjuk rasa atau demonstrasi sebagai bentuk protes akan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Rencananya, demonstrasi akan dilaksanakan pada Selasa (6/9/2022) di depan Gedung DPR/MPR RI dan dimulai pada pukul 10:00 WIB. Aksi itu diperkirakan akan diikuti hingga 5.000 buruh dari berbagai wilayah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com