Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkah Kusir Delman di Gresik Saat Momen Tahun Baru Hijriah dan Agustusan

Kompas.com, 15 Agustus 2022, 15:38 WIB
Hamzah Arfah,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

Sementara Kepala Sekolah MINU Tratee Putri Gresik, Purwanto menjelaskan, pihaknya sengaja melibatkan delman dan sepeda motor yang dihias ala kereta kencana, untuk menyemarakkan acara pawai menyambut Tahun Baru Hijriah dan momen HUT Kemerdekaan RI.

"Biar semarak, sebagai ikon saat kami melaksanakan pawai berkeliling sekitar sekolahan. Selain delman, yang kudanya tadi ditunggangi oleh salah seorang guru, juga ada becak motor dihias ala kereta kencana yang ditumpangi oleh siswi, sementara siswi lainnya berjalan kaki," tutur Purwanto.

Agenda pawai yang diselenggarakan MINU Tratee Putri Gresik berlangsung meriah. Sebab tidak sekadar berkeliling sekitar sekolah, ratusan siswi mengenakan setelan apik, mulai dari pakaian adat Jawa, Arab, hingga China.

Pawai siswi

Salah seorang siswi kelas IV MINU Tratee Putri Gresik, Kalila mengaku senang dengan kegiatan tersebut. Kegiatan seperti ini sempat tertunda karena pandemi Covid-19. Kalila bisa mengekspresikan diri dengan menggunakan pakaian adat Jawa.

"Ini persiapan dari tadi subuh, pakai setelan baju sebagian milik mama. Ini pakai hijab dan bawahan pakaian milik mama, kalau bajunya punya sendiri. Senang sekali setelah kemarin tidak dilaksanakan, karena adanya pandemi Covid-19," ujar Kalila, kepada awak media, Jumat (12/8/2022).

Kemeriahan acara pawai siswi MINU Tratee Putri Gresik, dalam menyambut tahun baru hijriyah dan momen Agustusan, Jumat (12/8/2022). *** Local Caption *** Kemeriahan acara pawai siswi MINU Tratee Putri Gresik, dalam menyambut tahun baru hijriyah dan momen Agustusan, Jumat (12/8/2022).KOMPAS.COM/HAMZAH ARFAH Kemeriahan acara pawai siswi MINU Tratee Putri Gresik, dalam menyambut tahun baru hijriyah dan momen Agustusan, Jumat (12/8/2022). *** Local Caption *** Kemeriahan acara pawai siswi MINU Tratee Putri Gresik, dalam menyambut tahun baru hijriyah dan momen Agustusan, Jumat (12/8/2022).
Sama seperti Kalila, Rahmawati Fitri yang duduk di bangku kelas VI, juga antusias mengikuti pawai. Terlebih dalam agenda yang diselenggarakan ini, siswa setiap kelas mengenakan kostum yang berbeda-beda.

"Kebetulan saya kebagian mengenakan pakaian adat Jawa, tapi ada yang pakai baju etnis Arab maupun Cina. Ini tadi persiapan sejak subuh, memakai riasan tadi juga dibantu mama, yang pasti senang lah pokoknya," kata Rahmawati.

Baca juga: Mayat Pria Tanpa Identitas Ditemukan di Tol Manyar Gresik, Diduga Korban Tabrak Lari

Rahmawati mengaku, tak mempermasalahkan harus mempersiapkan diri sejak pagi demi mengikuti acara. Apalagi, dirinya senang bisa menampilkan pakaian adat Jawa.

"Kami ingin menunjukkan, dengan etnis yang beragam itu terdapat toleransi keberagaman pada penganut Islam di Indonesia. Ada etnis Cina, Jawa, hingga Arab, yang semua dapat hidup rukun berdampingan," tutur Rahmawati.

Sementara itu, Kepala Sekolah MINU Tratee Putri, Purwanto menjelaskan, sengaja memilih tema keberagaman etnis dalam perayaan Tahun Baru Hijriah dan 17 Agustus.

"Karena penganut Islam di Indonesia itu berasal dari beragam etnis. Ada etnis Jawa, Arab, juga Cina. Seperti di Gresik sendiri, selain etnis Jawa dan Arab, juga ada dari Cina seperti Putri Cempo. Sehingga dengan adanya event seperti ini, anak-anak ada pemahaman dan dapat saling toleransi," ucap Purwanto.

Budayawan asal Gresik, Kris Adji mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan MINU Tratee Putri. Menurutnya, aktivitas itu merupakan sarana edukasi siswi untuk mengenal keberagaman etnis di Indonesia.

Terlebih, Gresik selama ini dikenal sebagai Kota Santri. Apalagi, dua dari Wali Songo berkiprah di Gresik, yakni Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik dan Sunan Giri.

"Acara ini diharapkan menumbuhkan karakter muslim sejati, selain memperkokoh ibadah mahdloh juga tidak meninggalkan ibadah muamalah, ibadah khas Islam di Nusantara. Kreativitas tumbuh sejalan dengan usia dan wawasan mereka, sehingga rasa dan sikap toleransi atas perbedaan yang ada di lingkungannya dapat tumbuh secara alami," tutur Kris.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Halaman:


Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau