Selama 27 hari masa pencarian korban erupsi Semeru oleh Tim SAR dan relawan, ternyata jenazah Rendy belum juga ditemukan.
Zuhri tidak menyerah. Ia sampai rela menyewa alat berat seharga Rp 400.000 per jam demi menemukan putranya.
Setidaknya, tiga hari dilewati Zuhri mencari dengan alat berat, tapi jasad sang buah hati tidak juga ditemukan.
"Sampai sewa beko sendiri Rp 400.000 per jamnya, tapi tidak ketemu, untung waktu itu banyak yang kasih bantuan jadi tidak sampai bayar banyak," tambah Zuhri.
Baca juga: Gunung Semeru Masih Alami Beberapa Letusan
Saat semua alat berat ditarik, Zuhri mencari Rendy secara manual dengan tangannya sendiri.
Berbekal cangkul dan arit, ia terus melakukan penggalian.
Tidak hanya pekerjaan yang ditinggalkan Zuhri. Ia juga rela membayar setoran kepada pemilik lokasi tambang seharga Rp 30.000 setiap satu truk pasir.
Bagi Zuhri, materi yang dikeluarkan tidak pernah sebanding dengan nyawa anaknya.
"Bayar setoran juga ke pemilik tambang karena saya ngeruk pasir di sana, satu rit Rp 30.000," ucapnya.
Baca juga: Cerita Penambang Pasir Temukan Kerangka Manusia Diduga Korban Erupsi Gunung Semeru
Zuhri juga mengumumkan pakaian yang dikenakan Rendy hingga ciri-ciri fisik putranya ke semua warga, terutama para pencari pasir.
Tujuannya, jika sewaktu-waktu ada warga yang menemukan Rendy, bisa menghubungi dirinya.
Saat hilang, diketahui Rendy mengenakan kaus berwarna hitam dengan tulisan Jogja.
Putranya itu memakai celana jin warna biru gelap.
"Baju itu, baju kesayangannya Rendy, itu pokoknya cuci kering pakai," jelasnya.
Baca juga: Terdampak Erupsi Semeru, 3 Warga Lumajang Laporkan Operator Tambang ke Polda Jatim