Salin Artikel

Perjuangan Zuhri, 8 Bulan Menggali untuk Cari Putranya yang Hilang Saat Erupsi Semeru, Ditemukan Sudah Menjadi Kerangka

Tengkorak dan tulang tersebut diyakini sebagai korban erupsi Gunung Semeru bernama Ahmad Rendy Pratama (19).

Saat ditemui di Dusun Kebon Agung, Desa Sumberwuluh, Lumajang, keluarga menuturkan cerita pencarian Rendy selama delapan bulan.

Sang ayah yang bernama Muhammad Zuhri mengatakan, Rendy diduga berada di sekitar sungai sebelum hilang tak tak kembali ke rumah saat erupsi Gunung Semeru terjadi pada Desember 2021. Dia hendak menjemput ayahnya yang bekerja di seberang sungai.

Namun sejak saat itu, Rendy tak pernah pulang ke rumah.

Demi menemukan putra sulungnya tersebut, sang ayah bahkan rela meninggalkan pekerjaannya sebagai perajin gula jawa.

Delapan bulan lamanya Zuhri tekun menggali daerah sekitar aliran sungai lahar yang sudah tertimbun material Semeru.

Seolah tidak ada sejengkal tanah pun dilewatkan Zuhri. Hari demi hari, dia terus menggali mulai matahari terbit hingga kembali tenggelam.

Sayang, usahanya itu belum membuahkan hasil.

"Kalau menyerah (menemukan Rendy) itu tidak pernah saya, namanya juga mencari anak, setiap hari saya gali terus berharap jenazahnya bisa ketemu," kata Zuhri di rumahnya, Selasa (2/8/2022).

Cari dengan alat berat hingga gali dengan tangan

Selama 27 hari masa pencarian korban erupsi Semeru oleh Tim SAR dan relawan, ternyata jenazah Rendy belum juga ditemukan.

Zuhri tidak menyerah. Ia sampai rela menyewa alat berat seharga Rp 400.000 per jam demi menemukan putranya.

Setidaknya, tiga hari dilewati Zuhri mencari dengan alat berat, tapi jasad sang buah hati tidak juga ditemukan.

"Sampai sewa beko sendiri Rp 400.000 per jamnya, tapi tidak ketemu, untung waktu itu banyak yang kasih bantuan jadi tidak sampai bayar banyak," tambah Zuhri.

Saat semua alat berat ditarik, Zuhri mencari Rendy secara manual dengan tangannya sendiri.

Berbekal cangkul dan arit, ia terus melakukan penggalian.

Tidak hanya pekerjaan yang ditinggalkan Zuhri. Ia juga rela membayar setoran kepada pemilik lokasi tambang seharga Rp 30.000 setiap satu truk pasir.

Bagi Zuhri, materi yang dikeluarkan tidak pernah sebanding dengan nyawa anaknya.

"Bayar setoran juga ke pemilik tambang karena saya ngeruk pasir di sana, satu rit Rp 30.000," ucapnya.

Zuhri juga mengumumkan pakaian yang dikenakan Rendy hingga ciri-ciri fisik putranya ke semua warga, terutama para pencari pasir.

Tujuannya, jika sewaktu-waktu ada warga yang menemukan Rendy, bisa menghubungi dirinya.

Saat hilang, diketahui Rendy mengenakan kaus berwarna hitam dengan tulisan Jogja.

Putranya itu memakai celana jin warna biru gelap.

"Baju itu, baju kesayangannya Rendy, itu pokoknya cuci kering pakai," jelasnya.

Saat itu, kondisi Zuhri sedang sakit sehingga dia tidak menggali pasir untuk mencari Rendy seperti biasanya.

Warga yang menduga bahwa itu tulang itu berkaitan dengan hilangnya Rendy, lalu menelepon Zuhri.

Warga bahkan menjemput Zuhri ke rumahnya lantaran telepon tidak diangkat.

Sang istri membenarkan

Mendengar informasi tersebut, seketika Zuhri berlari ke lokasi aliran sungai untuk memastikan bahwa jasad yang ditemukan adalah benar-benar anaknya.

"Ditelepon berkali-kali saya enggak dengar, terus dijemput sama orang-orang ke sini, langsung saya lari ke sana memastikan," ceritanya.

Zuhri berlari dalam kondisi campur aduk. Bingung, sedih dan bersyukur jika tulang-tulang tersebut adalah milik Rendy, putra yang selama ini dicarinya.

Ia kemudian memotret pakaian yang menempel di potongan tulang itu dan mengirimkannya kepada istrinya.

"Istri saya langsung bilang 'iya itu Rendy', kebetulan waktu itu pakaiannya masih utuh jadi dia langsung yakin," terangnya.

Potongan tulang yang ditemukan itu pun langsung dibawa pulang dan dimakamkan di dekat rumahnya tanpa proses otopsi.

Keluarha juga menggelar tahlilan selama tujuh hari untuk mendoakan Rendy.

Meski merasa sangat sedih lantaran kehilangan buah hatinya, Zuhri mengaku bersyukur dan berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu mencari jasad anaknya.

"Saya mewakili keluarga berterima kasih kepada semua pihak yang membantu, juga tidak lupa kami mohon maaf kalau Rendy punya salah, mohon doanya untuk almarhum," pungkas dia.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/08/03/050700878/perjuangan-zuhri-8-bulan-menggali-untuk-cari-putranya-yang-hilang-saat

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com