Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Mbah Kerto, Miliarder Asal Desa Ranupane, Punya Banyak Mobil dari Hasil Berladang

Kompas.com, 2 Juli 2022, 08:17 WIB
Miftahul Huda,
Andi Hartik

Tim Redaksi

LUMAJANG, KOMPAS.com - Sebuah video yang memperlihatkan sosok seorang kakek tua sedang membeli mobil mewah jenis Pajero Sport secara kontan viral di media sosial.

Viralnya video tersebut lantaran sang kakek membawa uang ratusan juta rupiah itu dengan dibungkus sebuah karung beras.

Ternyata, orang dalam video tersebut adalah Mbah Kerto, warga Desa Ranupane, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Baca juga: Jadi Miliarder Terima Ganti Rugi 6,5 M, Wahidin Warga Wadas Tetap Jadi Pencari Rongsokan

Hasil berladang

Mbah Kerto merupakan orang tertua yang masih hidup di desanya. Usia Mbah Kerto sekarang telah mencapai 103 tahun. Teman-teman sebayanya telah meninggal dunia dan hanya menyisakan ia seorang diri.

Meski sudah berusia lanjut, tanda-tanda ketuaan yang biasa melekat kepada orang-orang seusianya, tidak tampak sedikitpun selain rambut dan jenggot yang sudah putih. Bahkan, kulitnya juga tidak tampak keriput.

Baca juga: Saat Warga Kampung Miliarder Tuban yang Dulu Kaya Raya, Kini Kesulitan Bertahan Hidup

Mbah Kerto bahkan setiap hari masih bekerja sebagai petani di ladang. Kentang, bawang merah, hingga kol ditanamnya. Dari berladang itulah ia mampu membeli mobil mewah seharga ratusan juta rupiah. Ia sekarang bahkan manjadi miliarder di desanya.

Mbah Kerto memiliki ladang seluas 30 hektar lebih. Baginya, setiap panen membeli mobil bukan merupakan hal yang sulit.

Sebab, dari hasil panen 6 hektar saja, ia bisa menghasilkan 150 ton kentang. Jika dirupiahkan, setidaknya Mbah Kerto bisa mengantongi uang sekitar Rp 1,3 miliar.

Kini, ia telah memiliki dua buah mobil mewah, tiga truk, dan tiga mobil pikap.

Alasannya membawa uang dengan karung untuk membeli mobil cukup menggelitik. Mbah Kerto menyebut, ia membawa uang dengan dibungkus karung karena saking banyaknya sehingga tidak akan muat jika dimasukkan ke dompet.

Mbah Kerto, miliarder asal Desa Ranupane, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, saat menuju mobilnya, Jumat (1/7/2022)KOMPAS.com/Miftahul Huda Mbah Kerto, miliarder asal Desa Ranupane, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, saat menuju mobilnya, Jumat (1/7/2022)
Maklum, Mbah Kerto yang hidup di desa jauh dari ATM. Walaupun, sebagian besar kekayaannya juga disimpan di bank.

"Itu uangnya 10 kilogram lebih, kalau dimasukkan dompet ya enggak cukup," kata Mbah Kerto saat ditemui di rumahnya, Jumat (1/7/2022).

Baca juga: Cerita Korban Erupsi Semeru Jalan Kaki dari Lumajang ke Jakarta untuk Temui Jokowi, Sempat Diancam Akan Ditabrak Lari

Tampil sederhana dan tetap semangat

Bergelimang harta tidak lantas membuat Mbah Kerto bermalas-malasan di rumah. Dia percaya, tubuh sehat yang diberikan Tuhan kepadanya harus dirawat. Salah satunya dengan terus menggunakannya untuk berkegiatan.

Selain itu, ia terus menjaga pola makannya dengan menghindari makanan yang mengandung kolesterol tinggi hingga kacang-kacangan.

Baca juga: Jasad Pencari Kerang Ditemukan Mengambang di Sungai Tandon Lumajang

"Oli saja kalau tidak pernah digunakan jadinya kental, apalagi darah kita kalau tidak gerak ya bisa beku nanti stroke," kata Mbah Kerto polos.

Meski telah menjadi miliarder, Mbah Kerto tetap tampil sederhana. Cara berpakaiannya pun sangat sederhana, yakni mengenakan songkok hitam, kemeja batik, celana training, sepatu boot dan sarung yang melingkar di lehernya khas warga suku Tengger.

Bahkan, hidangan di meja makannya pun sangat jauh dari kata mewah. Nasi putih, sayur bening, tempe, tahu, ikan asin dan sambal jadi santapannya untuk mengisi energi sebelum pergi ke ladang.

Bukan tidak mampu untuk membeli lauk pauk yang mahal. Tapi, Mbah Kerto mengatakan makanan seperti itulah yang menurutnya sangat lezat.

"Mau tampil seperti apa, pakaian ya gini, saya beli mobil ya pakai ini. Kalau ini makanan paling enak, setiap hari ya begini, apalagi ada klentingan, penambah nafsu makan," ucapnya.

Mbah Kerto, miliarder asal Desa Ranupane, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, saat saat melihat tanaman kentangnya, Jumat (1/7/2022)KOMPAS.com/Miftahul Huda Mbah Kerto, miliarder asal Desa Ranupane, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, saat saat melihat tanaman kentangnya, Jumat (1/7/2022)
Sikapnya terhadap tetangga pun tidak berubah. Ia dikenal sebagai sosok yang murah senyum dan berkepribadian baik kepada tetangga.

Tidak sedikit pemuda desa yang meniru jejak kesuksesannya dan menjadikannya contoh dalam kehidupan sehari-hari.

Namun siapa sangka, Mbah Kerto yang kini serba kecukupan, dulu sempat terperosok ke dalam dunia gelap. Judi, maling, hingga jadi bandit pernah dilakoninya.

Baca juga: Mengenal Kilang Minyak Tuban yang Didemo Warga Desa Miliarder, Proyek Gabungan Pertamina dan Perusahaan Rusia

Pernah terlilit utang karena judi

Lahir di Desa Argosari, Kecamatan Senduro, dengan kondisi ekonomi yang mapan ditopang status sebagai anak tunggal menjadikan Kerto kecil memiliki semua fasilitas penunjang untuk menjadi saudagar kaya seperti ayahnya.

Sayangnya, Kerto malah jatuh dalam lingkaran gelap dunia perjudian. Hasil kerja kerasnya bertani dan berdagang pun habis untuk berjudi hingga dia terlilit hutang di mana-mana.

Baca juga: Zona Merah PMK, Pemkab Lumajang Terapkan Karantina Wilayah Hewan Ternak

"Hutang di mana-mana karena memang dulu suka judi, sekarang sudah tidak ada lagi kan, tapi kalau masih ada ya masih suka," kelakarnya.

Tahun 1976, ia memutuskan pindah ke Desa Ranupane. Di sini, ia mulai merintis usahanya lagi dengan cara yang sama, yakni bertani. Namun, situasinya sudah berubah. Kondisi ekonomi yang terbatas, membuatnya kembali jatuh dalam dunia hitam.

Saat itu, ia menempuh cara kriminal dengan mencuri dan membegal untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Bertahun-tahun hidup tidak tenang dan dalam bayang-bayang pembunuhan membuatnya memutuskan berhenti dari pekerjaan haram tersebut.

"Tahun 80-an dulu kan ada petrus itu, untungnya saya tidak sampai kena, sejak itu saya berhenti," sesalnya.

Mbah Kerto lalu mulai menekuni dunia pertanian dan perdagangan mengikuti jejak sang ayah. Selama tujuh tahun ia harus tirakat membangun usahanya dari nol.

Saat itu, Kerto bersumpah kepada dirinya sendiri akan tidur di luar rumah sampai dia bisa menyamai harta sang ayah dan saudara-saudaranya. Padahal, suhu di Ranupane sangat dingin. Kadang bisa sampai nol derajat.

"Dua tahun saya tidur di luar karena saya sudah sumpah kepada diri saya sendiri akan tidur di luar sampai diberikan kesuksesan," ceritanya.

Tahun 1983, kesuksesan demi kesuksesan mulai mendatanginya. Panen kentang pertamanya di Desa Ranupane dibagikan kepada warga berupa uang koin sebanyak 70 kilogram.

Mbah Kerto, miliarder asal Desa Ranupane, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, saat menuju mobilnya, Jumat (1/7/2022)KOMPAS.com/Miftahul Huda Mbah Kerto, miliarder asal Desa Ranupane, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, saat menuju mobilnya, Jumat (1/7/2022)
Rupanya, sedekah itu mengantarkannya lebih sukses lagi. Dari ladang yang sempit, kini sudah bisa mencapai 30 hektar lebih. Meski begitu, kebiasaannya bersedekah tidak pernah dihilangkan hingga ia dikenal sebagai sosok yang dermawan.

"Saya itu dari dulu suka bersedekah, kalau ada tamu itu wajib kasih makan, mau berapa ratus tamunya ya wajib beri makan," akunya.

Sayangnya, kesuksesannya bertani tidak diikuti dengan sukses dalam dunia percintaan. Sudah tiga kali Mbah Kerto gagal menjalin hubungan rumah tangga.

Baca juga: Satgas Covid-19 Desa di Lumajang Berubah Jadi Satgas PMK, Ini Tugasnya

Setia pada istri pertama

Menikah sampai tiga kali, hanya istri pertamanya lah yang setia menemani Mbah Kerto sampai akhirnya meninggalkannya terlebih dahulu karena meninggal pada tahun 2006.

Sempat meninggalkan sang istri dan menikah lagi, malah istri kedua ini lah yang membuatnya terjerumus pada dunia hitam kala itu sampai akhirnya bercerai.

Baca juga: Pangat Jalan Kaki dari Lumajang ke Jakarta untuk Temui Presiden Jokowi

Setelah bercerai, ia memutuskan untuk kembali dengan istri pertamanya dan hidup bersama hingga dipisahkan oleh maut yang terlebih dahulu menjemput sang istri tercinta.

"Dulu istri saya meninggalnya di rumah ini, dia yang paling setia menemani saya sampai akhirnya meninggal dulu," kata Mbah Kerto sambil mengusap air matanya.

Patah hati ditinggal cinta pertamanya, Mbah Kerto mencoba menjalin cinta lagi. Kali ini ia menikahi seorang perempuan yang usianya jauh lebih muda darinya. Saat itu, usia istrinya 33 tahun, sedangkan Mbah Kerto sudah 93 tahun.

Nahas, Mbah Kerto malah diselingkuhi oleh sang istri dan berujung pada perceraian. Sejak saat itu, Mbah Kerto memilih untuk hidup sendiri.

Padahal, tidak sedikit perempuan yang menantang untuk dinikahi Mbah Kerto. Bukan hanya janda, gadis pun juga banyak yang ingin dinikahi pria berjenggot putih ini.

"Saya sudah tua, daripada dibuat pusing dengan urusan hati mending sendiri saja, mereka itu rata-rata hanya ngincar harta saya saja," bebernya.

Mbah Kerto, miliarder asal Desa Ranupane, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, saat saat melihat kentang hasil panennya, Jumat (1/7/2022)KOMPAS.com/Miftahul Huda Mbah Kerto, miliarder asal Desa Ranupane, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, saat saat melihat kentang hasil panennya, Jumat (1/7/2022)
Dari tiga pernikahan itu, Mbah Kerto tidak memiliki seorang anak pun. Tapi, ia telah mengadopsi empat orang anak yang kini telah berkeluarga semua dan tinggal dekat dengan rumah Mbah Kerto.

Rata-rata, mereka adalah yang dulu pernah ikut menjadi buruh tani di ladangnya. Ada juga yang memang diangkat anak sejak kecil.

Kini, semua anaknya bekerja sebagai petani di ladang meneruskan jejak kesuksesan Mbah Kerto dan meraih jalan sukses masing-masing.

"Anak ada empat, semua sudah ada rumah, ya ladang saya sudah saya bagi ke anak, sekarang saya hanya garap sedikit cuma 6 hektare," pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Bus Wisatawan Jadi Tawanan Warga Lokal di Banyuwangi Gara-gara Tak Bayar Rp 150.000
Surabaya
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Residivis Pencurian Ternak Serang Polisi Pakai Parang, Pelaku Tewas Tertembak
Surabaya
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Pemkot Surabaya Bakal Gelar Acara Galang Dana untuk Korban Banjir Sumatera
Surabaya
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Sikapi Polemik PBNU, Pengasuh Pesantren Tebuireng Ingatkan soal Pentingnya Musyawarah dan Qanun Asasi
Surabaya
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Lokomotif Kereta Kertanegara Mogok di Kediri, Perjalanan Molor 151 Menit
Surabaya
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem di Surabaya dan 38 Kota/Kabupaten di Jawa Timur Mulai 11–20 Desember 2025
Surabaya
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Detik-detik Copet Beraksi di Stasiun Gubeng, KAI: Wajah Pelaku Sudah Teridentifikasi
Surabaya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau