KOMPAS.com - Aliansi warga enam Desa yaitu Wadung, Mentoso, Rawasan, Sumurgeneng, Beji dan Kaliuntu, Kecamatan Jenu, berunjuk rasa di kilang minyak pertamina grass root refinery (GRR), Senin (24/1/2022).
Sekitar 100 massa yang melibatkan karang taruna enam desa di wilayah ring perusahaan itu, menyoal PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PT PRPP) yang dinilai tidak kooperatif.
Mereka berasal dari desa miliarder yang sempat viral setahun lalu karena warganya membeli 176 mobil setelah mendapatkan ganti untung yang angkanya mencapai miliaran rupiah.
Salah satu tuntutan mereka adalah memprioritaskan warga terdampak untuk bekerja di Pertamina.
Baca juga: Kilang Minyak Tuban, Dulu Ditolak, Kini Bikin Warga Kaya Mendadak
Kilang minyak di Kecamatan Jenu, Tuban tersebut merupakan proyek gabungan antara Pertamina dan Rosneft, perusahaan minyak dan gas asal Rusia.
Perusahaan gabungan itu dinamai PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia.
Pada tahun 2019, proyek strategis nasioanal (PSN) pembangunan New Grass Root Refinery (NGRR) itu sempat ditolak oleh warga Desa Sumurgeneng karena harga pembebasan lahan belum cocok.
Kala itu, Pertamina menempuh upaya konsinyasi melalui Pengadilan Negeri Tuban untuk mendapatkan lahan yang tersisa pada November 2020.
Baca juga: Kilang Minyak Tuban, Masa Depan Petani Kehilangan Lahan
Berdasarkan kepemilikannya, Pertamina memiliki saham mayoritas dengan 55 persen, sisanya ialah saham Rosneft.
Proyek New Grass Root Refinery (NGRR) itu memiliki kapasitas 300.000 barrel per hari sehingga digadang-gadang bisa memperkuat kemandirian energi.
Proyek bernilai Rp 211,9 triliun itu ditargetkan bisa beroperasi pada 2026. Kilang Pertamina-Rosneft diklaim sebagai kilang minyak tercanggih di dunia.
Baca juga: Kades di Kawasan Proyek Kilang Minyak Tuban Ancam Laporkan Pegawai Pertamina ke Ahok
Kilang tersebut akan memproduksi gasoline, diesel, hingga avtur dengan hasil lebih berkualitas berstandar Euro V.
"Kilang Tuban memiliki standar terbaik di dunia, yang sangat ramah dengan lingkungan," terang Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, Minggu (1/12/2019).
Adapun total lahan yang dibutuhkan untuk proyek ini ialah seluas 841 hektare.