Sampai sekarang, Arie mengakui, belum tahu di mana titik lokasi alat IQ Air dipasang di Kota Pahlawan.
"Saya sampai sekarang tidak tahu titiknya (alat IQ Air) dipasang di mana. Kalau misalnya dipasang yang disampingnya ada pembangunan, ya (kualitas udara) jelek terus, debunya ke mana-mana," jelas Arie.
Bahkan, kata dia, pada laman website aplikasi IQ Air juga tak dilengkapi dengan foto lokasi penempatan alat ukur. Sehingga masyarakat hanya mengetahui kualitas udara Surabaya buruk tanpa tahu di mana lokasi sensor ukur itu dipasang.
Baca juga: Sempat Terbang 15 Menit, Pesawat Rute Surabaya-Jakarta Kembali Mendarat di Bandara Juanda
"Sebetulnya hampir sama perhitungan IQ Air dengan IKU Surabaya, cuma dari datanya saja. Kemudian, parameternya yang partikulat berukuran kecil. Saran saya kalau mau melihat baik buruknya Surabaya memang IQ Air harus punya data tahunan," papar dia.
Oleh sebab itu, sebelum masyarakat menyimpulkan kondisi kualitas udara di Surabaya, Arie mengimbau agar membandingkan data tahunan milik IQ Air dengan hasil perhitungan DLH.
Misalnya, data kualitas udara hasil perhitungan selama periode tahun 2020 dan 2021.
"Karena kalau tidak begitu, maka semua bisa berpendapat, misalnya pas buka website IQ Air kualitas udara buruk, nanti persepsinya buruk terus. Idealnya memang harus dibandingkan apple to apple datanya IQ Air dengan datanya DLH," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.