Dia mengungkapkan, berdasarkan hasil pemantauan DLH selama 2017 hingga 2021, IKU di Kota Surabaya rerata nilainya sekitar 90 atau dalam klasifikasi sangat baik.
"Nilai IKU kabupaten/kota merupakan hasil rata-rata dari seluruh lokasi pemantauan udara pada wilayah administrasi," kata Agus Hebi.
Selain IKU yang masuk dalam klasifikasi sangat baik, Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Kota Pahlawan juga mengalami peningkatan jumlah hari baik. Data kumulatif DLH mencatat, ISPU Surabaya pada 2021 untuk kategori udara Baik berada di angka 218.
Lalu dalam kategori sedang di angka 146 dan tidak sehat di angka 1. Artinya, selama kurun satu tahun, kualitas udara di Surabaya baik.
Oleh sebab itu, Hebi menyatakan, pada 2021, Surabaya dapat meraih penghargaan ASEAN Environtmentally Sustainable City (ESC) kategori udara terbersih kota besar.
Lewat penghargaan itu, Surabaya diakui sebagai kota yang memiliki udara terbersih se-ASEAN atau Asia Tenggara.
"Kita mendapatkan penghargaan udara terbersih dari ASEAN, karena Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang terus bertambah dan kondisi udara semakin baik," ungkap dia.
Meski demikian, Pemkot Surabaya memastikan akan terus menekan sumber emisi atau polutan udara melalui sejumlah upaya. Mulai dari manajemen transportasi yang berkelanjutan, pengelolaan limbah (sampah dan air limbah), serta pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup dari rencana usaha/ kegiatan melalui Dok Lingkungan.
Baca juga: Indeks Kualitas Udara Kota Surabaya Hari Ini
Termasuk melakukan pengawasan atau penegakkan hukum bagi pencemar lingkungan, mengadakan car free day (CFD) berkala, uji emisi secara periodik serta mengedukasi masyarakat.
"Selain berbagai upaya tersebut, untuk menyerap emisi karbon pemkot juga memperbanyak RTH dan hutan kota dimana terjadi peningkatan IKTL (Indeks Kualitas Tutupan Lahan/Hutan) dari tahun 2018-2021," ujar dia.
Data DLH mencatat, pada 2018, IKTL Kota Surabaya sebesar 42,44. Lalu, pada 2019 sebesar 42,6 dan di 2020 sebesar 42,63.
"Sedangkan pada 2021, IKTL Surabaya kembali naik sebesar 42,633 dari tahun sebelumnya," imbuh dia.
Di tempat terpisah, Kepala Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Arie Dipareza Syafei menjelaskan, hasil data perhitungan kualitas udara yang dilakukannya sebelum pandemi dalam kategori baik, di angka 60-70 persen.
"Jadi itu perhitungan sebelum pandemi, IKU Surabaya dalam kategori moderat sampai baik. Sedangkan pada waktu pandemi, datanya juga hampir sama dalam kategori baik," kata Arie.
Pakar ITS itu juga mempertanyakan data perhitungan pada aplikasi IQ Air yang mencatat jika kualitas udara Surabaya buruk.