Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DLH Klaim Kualitas Udara Surabaya Baik hingga Pertengahan Tahun, Ini Penjelasannya

Kompas.com, 24 Juni 2022, 18:32 WIB
Ghinan Salman,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Kualitas udara di Kota Surabaya, Jawa Timur, diklaim masuk dalam kualifikasi baik hingga pertengahan 2022.

Berdasarkan hasil monitoring Indeks Kualitas Udara (IKU) di Kota Surabaya, Jawa Timur, pada rentang Januari-Mei 2022 berada di angka 87,0874 atau dalam klasifikasi baik.

Kepala DLH Kota Surabaya, Agus Hebi Djuniantoro mengatakan, angka tersebut berdasarkan hasil perhitungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya melalui sejumlah alat monitoring IKU yang terpasang di beberapa titik.

Ia menjelaskan, status mutu udara dilakukan dengan menghitung rata-rata konsentrasi parameter SO2 (Sulfur Dioksida) dan NO2 (Nitrogen Dioksida) tahunan sesuai Permen LHK Nomor 27 Tahun 2021 tentang Indeks Kualitas Lingkungan Hidup.

"Hasil monitoring perhitungan IKU di Kota Surabaya pada rentang Januari-Mei 2022 sebesar 87,0874. Artinya, IKU di Kota Surabaya dalam klasifikasi baik," kata Agus Hebi di kantornya, Jumat (24/6/2022).

Dalam monitoring IKU, Pemkot Surabaya melalui DLH melakukannya secara berkelanjutan dan sesaat.

Monitoring dilakukan menggunakan beberapa jenis alat pengukur yang ditempatkan di sejumlah titik lokasi.

Pada pemantauan berkelanjutan, DLH menggunakan alat pengukur analyzer yang ditempatkan di stasiun pemantau Kantor Kelurahan Kebonsari dan Kebun Bibit Wonorejo.

Pemantauan di dua lokasi itu merujuk pada parameter kualitas udara (PM10, CO, NO2, SO2, dan O3), serta meteorologi (kecepatan dan arah angin, suhu, kelembaban, curah hujan serta global radiasi).

Baca juga: Pencari Kerja di Surabaya Kini Lebih Mudah Akses Lowongan Pekerjaan lewat Aplikasi ASSIK

"Pemantauan pada kedua lokasi itu menghasilkan dua data. Yaitu data Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) serta data konsentrasi kualitas udara dan parameter iklim," jelas dia.

Tak hanya berupa alat pengukur analyzer, tetapi DLH Surabaya juga menggunakan sensor.

Agus Hebi menyebut, pengukuran alat sensor merujuk pada parameter kualitas udara (PM10, PM 2.5, CO, NO2, SO2, dan O3), serta meteorologi (kecepatan dan arah angin, suhu, kelembaban, curah hujan, global radiasi serta UV Indeks).

"Untuk alat pengukur sensor ditempatkan di Kantor Kecamatan Tandes. Alat pengukur sensor juga menghasilkan data (output) sama dengan alat pengukur analyzer," papar dia.

Selain melakukan monitoring secara berkelanjutan, DLH menerapkan pemantauan sesaat. Yakni, dengan menggunakan alat gent stack sampler serta passive sampler.

Keduanya merupakan alat pencuplik udara yang lokasinya dapat dipindah-pindah sesuai dengan kebutuhan.

Hebi menyebut, pemantauan Gent Stack Sampler merujuk pada parameter PM10, PM 2.5, black carbon dan 16 unsur logam lainnya dengan lokasi pantau berada di Terminal Tambak Osowilangun (TOW) yang dapat dipindah sesuai kebutuhan.

Sedangkan passive sampler, kata dia, parameternya merujuk pada NOx dan SO2 dengan lokasi pantau SIER (industri), kebun bibit (permukiman), jemur ngawinan (Transportasi), dan menanggal (Perkantoran) yang dapat dipindah sesuai kebutuhan.

"Sampel dari hasil pemantauan  pada kedua alat tersebut dilakukan analisa terlebih dahulu di lab," terang Agus Hebi.

Dia mengungkapkan, berdasarkan hasil pemantauan DLH selama 2017 hingga 2021, IKU di Kota Surabaya rerata nilainya sekitar 90 atau dalam klasifikasi sangat baik.

"Nilai IKU kabupaten/kota merupakan hasil rata-rata dari seluruh lokasi pemantauan udara pada wilayah administrasi," kata Agus Hebi.

Selain IKU yang masuk dalam klasifikasi sangat baik, Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Kota Pahlawan juga mengalami peningkatan jumlah hari baik. Data kumulatif DLH mencatat, ISPU Surabaya pada 2021 untuk kategori udara Baik berada di angka 218.

Lalu dalam kategori sedang di angka 146 dan tidak sehat di angka 1. Artinya, selama kurun satu tahun, kualitas udara di Surabaya baik.

Oleh sebab itu, Hebi menyatakan, pada 2021, Surabaya dapat meraih penghargaan ASEAN Environtmentally Sustainable City (ESC) kategori udara terbersih kota besar.

Lewat penghargaan itu, Surabaya diakui sebagai kota yang memiliki udara terbersih se-ASEAN atau Asia Tenggara.

"Kita mendapatkan penghargaan udara terbersih dari ASEAN, karena Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang terus bertambah dan kondisi udara semakin baik," ungkap dia.

Meski demikian, Pemkot Surabaya memastikan akan terus menekan sumber emisi atau polutan udara melalui sejumlah upaya. Mulai dari manajemen transportasi yang berkelanjutan, pengelolaan limbah (sampah dan air limbah), serta pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup dari rencana usaha/ kegiatan melalui Dok Lingkungan.

Baca juga: Indeks Kualitas Udara Kota Surabaya Hari Ini

Termasuk melakukan pengawasan atau penegakkan hukum bagi pencemar lingkungan, mengadakan car free day (CFD) berkala, uji emisi secara periodik serta mengedukasi masyarakat.

"Selain berbagai upaya tersebut, untuk menyerap emisi karbon pemkot juga memperbanyak RTH dan hutan kota dimana terjadi peningkatan IKTL (Indeks Kualitas Tutupan Lahan/Hutan) dari tahun 2018-2021," ujar dia.

Data DLH mencatat, pada 2018, IKTL Kota Surabaya sebesar 42,44. Lalu, pada 2019 sebesar 42,6 dan di 2020 sebesar 42,63.

"Sedangkan pada 2021, IKTL Surabaya kembali naik sebesar 42,633 dari tahun sebelumnya," imbuh dia.

Di tempat terpisah, Kepala Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Arie Dipareza Syafei menjelaskan, hasil data perhitungan kualitas udara yang dilakukannya sebelum pandemi dalam kategori baik, di angka 60-70 persen.

"Jadi itu perhitungan sebelum pandemi, IKU Surabaya dalam kategori moderat sampai baik. Sedangkan pada waktu pandemi, datanya juga hampir sama dalam kategori baik," kata Arie.

Pakar ITS itu juga mempertanyakan data perhitungan pada aplikasi IQ Air yang mencatat jika kualitas udara Surabaya buruk.

Sampai sekarang, Arie mengakui, belum tahu di mana titik lokasi alat IQ Air dipasang di Kota Pahlawan.

"Saya sampai sekarang tidak tahu titiknya (alat IQ Air) dipasang di mana. Kalau misalnya dipasang yang disampingnya ada pembangunan, ya (kualitas udara) jelek terus, debunya ke mana-mana," jelas Arie.

Bahkan, kata dia, pada laman website aplikasi IQ Air juga tak dilengkapi dengan foto lokasi penempatan alat ukur. Sehingga masyarakat hanya mengetahui kualitas udara Surabaya buruk tanpa tahu di mana lokasi sensor ukur itu dipasang.

Baca juga: Sempat Terbang 15 Menit, Pesawat Rute Surabaya-Jakarta Kembali Mendarat di Bandara Juanda

"Sebetulnya hampir sama perhitungan IQ Air dengan IKU Surabaya, cuma dari datanya saja. Kemudian, parameternya yang partikulat berukuran kecil. Saran saya kalau mau melihat baik buruknya Surabaya memang IQ Air harus punya data tahunan," papar dia.

Oleh sebab itu, sebelum masyarakat menyimpulkan kondisi kualitas udara di Surabaya, Arie mengimbau agar membandingkan data tahunan milik IQ Air dengan hasil perhitungan DLH.

Misalnya, data kualitas udara hasil perhitungan selama periode tahun 2020 dan 2021.

"Karena kalau tidak begitu, maka semua bisa berpendapat, misalnya pas buka website IQ Air kualitas udara buruk, nanti persepsinya buruk terus. Idealnya memang harus dibandingkan apple to apple datanya IQ Air dengan datanya DLH," ucap dia.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau